TASIK, RADSIK – Saat Covid-19 mewabah, dunia usaha menjadi lesu di mana banyak perusahaan yang goyah. Efeknya, banyak tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PKH) dan meningkatkan angka pengangguran.
Kondisi itu tampaknya tidak jauh berbeda setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Di mana beban operasional serta produksi di dunia usaha jadi membengkak.
Di beberapa daerah, gelombang PHK sudah mulai terjadi akibat keuangan perusahaan yang tidak stabil. Hal itu tentunya jadi ancaman juga untuk dunia usaha dan tenaga kerja di Kota Tasikmalaya.
Baca Juga:Boleh Dilalui tapi Tidak SeenaknyaKelanjutan HZ Terganjal Pilkada
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Yuhendra Efendi mengatakan gelombang PHK sudah terjadi sejak pandemi melanda. Pascakenaikan BBM, dia belum menerima lagi informasi adanya PHK. ”Banyak PHK sudah terjadi sejak dua tahun kemarin,” ujarnya kepada Radar, Kamis (13/10/2022).
Kenaikan BBM, menurut dia, tidak akan berdampak langsung pada PHK. Namun menjadi pemicu dan bagian dari rentetan persoalan ekonomi di dunia usaha. ”Jadi tidak langsung, tapi perusahaannya dulu yang oleng selanjutnya berimbas ke PHK,” katanya.
Pihaknya meminta hal ini bisa diperhatikan oleh pemerintah, khususnya di tingkat pusat. Jangan sampai kenaikan BBM yang terjadi berdampak pada lonjakan pengangguran karena gelombang PHK. ”Karena pemerintah daerah kurang bisa diharapkan, jadi desakannya ke pemerintah pusat,” ucapnya.
Banyaknya PHK tentunya berimbas meningkatnya angka pengangguran. Pada akhirnya warga miskin akan lebih banyak lagi. ”Karena belum tentu yang kena PHK bisa dapat kerja lagi atau jadi wirausaha,” katanya.
Apalagi bantuan subsidi yang diberikan oleh pemerintah tidak sebanding dengan beban yang ditanggung. Karena selain biaya transportasi, harga-harga kebutuhan rumah tangga pun ikut naik. ”Jadi sangat tidak sebanding antara bantuan dan beban yang dialami masyarakat,” tuturnya.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Tasikmalaya H Abun Bunyamin mengatakan bahwa kenaikan BBM jadi pukulan keras bagi dunia usaha. Pasalnya biaya produksi dan kebutuhan lainnya jadi membengkak. ”Kenaikan BBM kan merembetnya ke mana-mana dari mulai bahan pokok, biaya distribusi dan operasional yang membengkak,” katanya.