Cuaca Diprediksi Makin Ekstrem

Cuaca Diprediksi Makin Ekstrem
BEBERSIH. Petugas BPBD dan Damkar Kota Banjar mengevakuasi sampah yang menupuh di bawah jembatan Parunglesang beberapa waktu lalu. Sampah menumpuk akibat terbawa luapan arus Sungai Citanduy. Foto: cecep herdi / radar tasikmalaya
0 Komentar

BANJAR, RADSIK – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy baru-baru ini mengklaim terjadinya banjir dan luapan air Sungai Citanduy lantaran fenomena la nina. Fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi. Fenomena la nina terjadi ketika suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal.

“Bahkan menurut BMKG, cuaca pada Oktober dan November akan semakin ekstrem. Ini yang harus kita antisipasi bersama. Agar kejadian yang sama tidak terulang. Minimal ada upaya deteksi dini,” kata Kepala BBWS Citanduy Bambang Hidayah, Minggu (23/9/2022).

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Baca Juga:Koperasi Bisa Jadi Lokomotif EkonomiBerkuda dan Memanah Makin Diminati

Dia juga mulai melakukan antisipasi agar jebolnya inlet Bendungan Leuwikeris hingga mengakibatkan naiknya debit air Sungai Citanduy tidak terjadi lagi. Pihaknya telah membuat pos duga air di beberapa titik di bagian hulu sungai.

“Sehingga nanti aliran air bisa terpantau oleh pos pantau air. Kami sudah membangun pos duga air kemudian dari BMKG juga ada, bisa kita kombinasikan. Nanti titik ini kami pantau secara menyeluruh, baik milik kita maupun BMKG atau Dinas SDA Jawa Barat,” kata Bambang.

Menurut dia, terjadinya tanggul inlet jebol dan menyebabkan debit air yang tinggi di Sungai Citanduy murni musibah alam. Fenomena la nina penyebabnya. Meski demikian pihaknya telah memperbaiki dan mengevaluasi bangunan tersebut agar tidak jebol lagi.

“Sudah dibangun lagi, kita perbaiki dan tentu kita evaluasi. Memang pas kejadian itu sampai 11 alat berat yang terbawa arus sungai. Kedepannya hasil dari evaluasi, ada siaga dua dan ada siaga satu. Kalau di titik hulu itu elevasi siaga satu atau siaga dua, itu upaya deteksi dini,” katanya.

Wakil Ketua DPRD Banjar Tri Pamuji Rudianto mengatakan, terkait musibah banjir dan meluapnya sungai Citanduy yang menyebabkan dampak terhadap masyarakat perlu ada perencanaan terintegrasi dari semua pihak.

“Kita tidak bisa mengeluh karena terdampak dari hulunya. Perencanaan deteksi dini terkait apa yang akan ditimbulkan contoh debit sungai atau curah hujan yang tinggi. Ada pendataan titik rawan banjir di sepanjang sungai. Sehingga masyarakat yang ada di dekat bantaran sungai bisa terdeteksi secara dini. Jangan sampai Oktober yang diprediksi cuaca semakin ekstrem ini malah jadi wacana. Harus didukung penanganan dan deteksi dini yang tepat,” kata Tri Pamuji. (cep)

0 Komentar