CIAMIS, RADARTASIK.ID – Pemerintah Kabupaten Ciamis akan melibatkan calon pengantin untuk mencegah munculnya kasus stunting baru atau new stunting.
Pelibatan calon pengantin ini penting untuk mencegah bertambahnya jumlah kasus stunting di kabupaten Ciamis.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) angka stunting Kabupaten Ciamis naik dari 16 persen pada tahun 2022 menjadi 18,6 persen pada awal tahun 2023.
Baca Juga:Soal Akhir Jabatan Bupati Ciamis, DPRD Belum Dapat Surat dari KemendagriMasuk Usulan RPJPD, Bandara Wiriadinata akan Berstandar Internasional?
“Stunting Kabupaten Ciamis hasil dari SSGI Kemenkes 16 persen pada akhir tahun 2022. Namun, awal 2023 menjadi naik 18,6 persen,” kata Kabid Keluarga Berencana Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Ciamis, Nonoy, kepada Radar, Kamis (28/12/2023).
Pada tahun 2024 daerah dengan topografi pegunungan ini memiliki target penurunan sampai 14 dan menuju zero new stunting.
Nonoy berharap target penurunan itu bisa dicapai tahun depan. Sebab berbagai langkah intervensi sebenarnya telah dilakukan.
Salah satunya dengan sosialisasi kepada keluarga sasaran. Yakni calon pengantin.
Tiap pasangan calon pengantin yang mau menikah harus dalam kondisi sehat, khususnya para calon pengantin yang perempuan.
“Sehingga ketika ada pasangan yang kekurangan energi kronik (KEK) seperti anemia harus segera diobati minum obat penambah darah atau memakan makanan yang bergizi,”ujarnya.
Kemudian sasaran intervensi stunting selanjutnya adalah ibu hamil. Mereka jangan sampai sakit. Sebab ketika sakit, rata-rata 50 persen bayi yang akan dilahirkan bisa stunting.
“Ibu yang sakit biasanya kurang makanan bergizi sehingga akan berakibat pada stunting bayinya. Oleh karenanya ibu hamil penting melakukan pola hidup sehat dan bersih serta pola makan yang empat sehat lima sempurna,”katanya.
Baca Juga:PPPK di Kabupaten Ciamis Lolos Jadi Caleg PKS dan Masuk DCT, Kok Bisa?Semifinal Liga 3 Seri 1 Jawa Barat: PSGC Dihentikan Persipasi Bekasi 1-2
Kemudian, sasaran intervensi pencegahan stunting keluarga yang memiliki balita berusia di bawah 2 tahun (Baduta). Menyasar keluarga yang memiliki Baduta paling penting karena memasuki masa-masa emas.