Butuh Pasokan Air Bersih? Langkah Ini yang Harus Ditempuh Menurut BPBD Kota Banjar

Pasokan Air Bersih
Kepala Pelaksana BPBD Kota Banjar Kusnadi
0 Komentar

BANJAR, RADARTASIK.ID – Permohonan pasokan air bersih harus dikirimkan dalam bentuk surat. Hal tersebut dikatakan Kepala Pelaksana BPBD Kota Banjar Kusnadi.

Kata Kusnadi, hal itu sudah menjadi prosedur dalam proses permohonan pasokan air bersih untuk warga maupun lembaga.

Karena itu, dia mendorong warga di Dusun Cimanggu RT 08 RW 02 Desa Batulawang yang mengalami kesulitan air bersih melaporkannya melalui surat.

Baca Juga:Sekolah di Kabupaten Pangandaran Ini Larang Siswanya Bawa Handphone ke Sekolah, Ternyata Ini AlasannyaKerja Sama Korea Selatan dan Kabupaten Garut Berlangsung Puluhan Tahun, Ada 8 Perusahaan Berdiri

“Informasi dari salah satu warga saya sarankan kepada Pak Kadus agar membuat laporan secara resmi langsung ke kami. Nanti tim dari BPBD mengadakan assessment ke lapangan. Berapa rumah dan berapa jiwa yang membutuhkan air bersih,” ujar Kusnadi di lobi utama Kantor BPBD Kota Banjar, Selasa 29 Agustus 2023.

Kusnadi menyebut, di wilayah Batulawang tepatnya di Dusun Cimanggu belum mengirimkan surat permohonan permintaan air.

Padahal itu salah satu prosedur BPBD Kota Banjar dalam memberikan pelayanan pasokan air bersih untuk warga.

Warga Dusun Cimanggu Kota Banjar Butuh Pasokan Air Bersih

Sebelumnya, warga Dusun Cimanggu Desa Batulawang Kota Banjar mengeluhkan sarana air bersih untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Kondisi ini diperparah dari dampak fenomena El Nino.

“Sudah terlalu lama kami kesulitan sarana air bersih. Keberadaan sumur bor tidak membantu, soalnya airnya kuning,” ujar Dede Rusiana, salah seorang warga RT 08 RW 02 Dusun Cimanggu Desa Batulawang Kecamatan Pataruman, Senin 28 Agustus 2023.

Kondisi ini diperparah dengan musim kemarau panjang yang melanda Kota Banjar. Warga, kata dia, harus saling berebut mendapatkan sarana air bersih untuk dikonsumsi.

Hal itu lantaran sumber yang ada saat ini sudah mulai surut akibat dampak kemarau. “Selama ini pakai sumur bor, cuma airnya warna kuning tidak layak konsumsi. Jadi ngambil disini (sumber mata air gunung), tapi mulai surut dan berkurang. Bahkan berebutan air dan bergantian,” kata Dede.

0 Komentar