PANGANDARAN – Penyobekan segel salah satu kafe di Pamugaran pada malam pergantian tahun, berbuntut pada pelaporan terhadap Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata atas dugaan pemukulan kepada Nandang Suhendar (52) alias Ujang Bendo.
Keesokan harinya, Jeje menjelaskan kepada wartawan bahwa yang terjadi sebenarnya tidak seperti pelaporan Ujang Bendo ke polisi. Dia mengaku hanya mengusap wajah Ujang Bendo dengan telapak tangan. Tidak memukul.
Pantauan Radar, aksi pelaporan Bupati Jeje oleh Ujang Bendo itu menuai reaksi dari masyarakat. Minggu malam (1/1/2023), sekitar pukul 19.00, masa yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, termasuk nelayan dan ulama, berkumpul di Taman Paamprokan. Mereka berkumpul sebagai bentuk respon dari kejadian pelaporan Bupati Jeje oleh Ujang Bendo ke Polres Pangandaran. Mereka tidak menerima jika penutupan terhadap kafe yang diduga telah mempraktekan maksiat itu, malah ada yang membekingi. Namun, tak lama mereka membubarkan diri.
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Keesokan harinya, Senin (2/1/2023), terdengar informasi bahwa Bupati Jeje dan Ujang Bendo telah islah atau damai. Bahkan laporan Ujang Bendo telah dicabut. Hal itu dibenarkan Kasat Reskrim Polres Pangandaran AKP Luhut Sitorus. Bahwa, pelaporan terhadap Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata sudah dicabut oleh Ujang.
Kedua belah pihak disebutkan telah sepakat untuk berdamai. Tidak memperpanjang masalah. “Sudah, sudah islah. Semua selesai,” katanya saat dihubungi Radar, kemarin.
Dia menjelaskan bahwa ketegangan hanya terjadi saat kejadian saja. Setelah itu kedua belah pihak berkomunikasi dan saling memaafkan. “Sudah sama-sama minta maaf dan saling memaafkan. Semua bisa dengan kekeluargaan,” jelasnya.
Menurut Luhut, kedua belah pihak berinisiatif melakukan perdamaian, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. “Ya kedua belah pihak lah (inisiatifnya), semuanya sudah selesai,” ucapnya.
Ditemui wartawan, Bupati Jeje Wiradinata memaparkan bahwa pada Minggu malam ada pergerakan dari elemen masyarakat dan beberapa tokoh ulama. Mereka hendak berunjuk rasa ke tempat hiburan malam yang masih buka. Namun akhirnya diredam. “Tadi malam (kemarin malam, Red) mereka berkumpul ingin meluapkan emosinya. Tetapi saya juga sadar, karena itu menjadi tanggungjawab saya,” paparnya.
Jeje menegaskan penutupan kafe berbau maksiat itu merupakan hal yang prinsip. Ujang Bendo sendiri telah mencabut laporannya ke Polres Pangandaran. “Jika besok mungkin lebih keras lagi. Kalau saat ini pake segel, dibuka. Ke depan mungkin saya akan palang. Karena kami serius untuk itu,” tandasnya.
Sementara itu, Radar sempat mencoba mengonfirmasi Ujang Bendo terkait pencabutan laporannya ke Polres Pangandaran. Namun yang bersangkutan tidak mengangkat teleponnya.
Diberitakan sebelumnya, Nandang Suhendar (Ujang Bendo) melaporkan bupati Pangandaran H Jeje Wiradinata ke Polres Pangandaran dengan tuduhan pemukulan. “Iya (ada pelaporan) malam tadi (kemarin malam, Red). Sekitar pukul 23.30 malam, baru menerima informasi dari anggota,” ungkap Kasatreskrim Polres Pangandaran AKP Luhut Sitorus kepada wartawan pada Minggu (1/1/2023).
Terkait laporan tersebut, Luhut mengaku akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Dia belum mengetahui pasti duduk perkara sebenarnya. “Ya nanti saya lidik dulu,” tuturnya.
Sementara, dari Informasi yang diterima Radar, kejadian itu bermula saat Jeje melakukan sidak ke tempat hiburan malam di Pamugaran. Saat dikonfirmasi Bupati Pangandaran H Jeje Wiradinata membenarkan bahwa dirinya melakukan sidak ke tempat hiburan malam saat pergantian malam tahun baru. “Ternyata di situ ada (tempat hiburan) yang buka, ada yang sedang nyanyi, di situ juga ada minuman, main keyboard, saya suruh berhenti karena sedang disegel,” paparnya kepada Wartawan.
Jeje pun meminta satpol PP mengambil keyboard dan kendang yang ada di kafe tersebut. Sidak kemudian bergeser ke kafe di sebelahnya dan ternyata segel yang ditempel oleh Satpol PP sudah disobek. Jeje kemudian menanyakan perihal perobekan segel tersebut. Saat itu ada yang memberitahunya bahwa segel dirobek oleh Nandang Suhendar. “Terus dicari sama saya, ada. Saya marah, kan dan menanyakan kepada Ujang (Ujang Bendo, Red) dengan nada tinggi. Menanyakan perihal segel yang dibuka,” jelasnya.
Saat itu, lanjutnya, Nandang menjelaskan bahwa alasan dibukanya segel itu karena sudah ada putusan pengadilan. “Lalu saat saya tanyakan keputusan yang mana, dia suruh tanyakan Satpol PP,” katanya.
Jeje kemudian menegaskan bahwa pembukaan segel itu bukan kewenangan Nandang, tapi kewenangan Pemkab Pangandaran. “Saya tahu dia (Nandang alias Ujang Bendo) pembeking,” ucapnya.
Namun, menurut Jeje, Nandang tidak menggubris penjelasannya. Saat itu dia mengaku “mengusap” muka Nandang. “Nggak dipukul tapi diusap (wajahnya). Saya bilang, kamu tidak sadar-sadar, gak ngerti,” jelas Jeje. (den)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!