Bertahan Puluhan Tahun, Warga Kampung Cikuda Kota Tasikmalaya Masih Banyak yang “Nyolok Listrik”

warga setiawargi menunjukkan kWh listrik yang baru dipasang PLN di rumahnya
Salah satu warga penerima bantuan kWh listrik dari PLN menunjukkan kWh yang baru dipasang di rumahnya pada Kamis 15 Agustus 2024. (Ayu Sabrina / Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di tengah kemajuan teknologi dan modernisasi, masih ada sebagian masyarakat yang hidup tanpa akses listrik.

Di Kampung Cikuda RT 2 RW 4, Kelurahan Setiawargi, Kecamatan Tamansari, terdapat 13 rumah tangga yang masih harus ‘nyolok listrik’ atau menumpang listrik dari tetangga untuk menerangi rumah mereka.

Padahal mereka telah bertahun-tahun mengajukan kebutuhan sambungan listrik melalui pengurus RT RW setempat kepada pemerintah kota. Namun tak kunjung terealisasi.

Baca Juga:Bau Tidak Sedap dari Alokasi Rp 913 Juta untuk Seragam Linmas di Kota TasikmalayaPAN Warning Semua Kandidat di Pilkada Kota dan Kabupaten Tasikmalaya Siapkan Mental!

Sambungan listrik malah didapatkan setelah pengurus Karang Taruna setempat mengajukan permohonan bantuan kepada PLN.

Tak sampai seminggu, bantuan langsung turun untuk delapan rumah dan langsung dilakukan peresmian penyalaan listrik serentak pada Kamis (15/8/2024).

Dani (31), salah seorang warga yang mendapatkan bantuan pemasangan kWh listrik dari PLN UP3 Tasikmalaya, mengaku sejak berumah tangga ia menumpang “nyolok listrik” di rumah mertuanya.

“Alhamdulillah, saya sangat bahagia. Sebelumnya, saya menumpang listrik dari mertua sejak 2019 karena tidak memiliki kWh sendiri. Terima kasih banyak kepada semuanya, akhirnya saya sekarang punya kWh listrik,” ujarnya saat ditemui Radartasik.id di rumahnya.

Dani menambahkan, meskipun ia tidak memiliki banyak perangkat elektronik yang memerlukan daya besar, subsidi sebesar Rp 50.000 untuk tiga bulan yang diberikan PLN UP3 Tasikmalaya cukup untuk memenuhi kebutuhan listriknya.

Sebab di rumahnya tidak ada perangkat elektronik lain. Hanya lampu penerangan dan untuk pengisian daya ponsel.

Sementara itu, Armilah (70), seorang warga yang telah tinggal di sana selama puluhan tahun, mengungkapkan bahwa ia baru membeli kWh listrik pada tahun 2020 seharga Rp1,4 juta. “Dari dulu, sejak kecil, belum ada listrik di sini, kami masih menggunakan damar (lampu teplok yang menggunakan minyak tanah, red) ,” tuturnya.

Baca Juga:Ayo Kita Sumbang! Damkar Kota Tasikmalaya Sebar Proposal untuk Acara Perlombaan Memeriahkan HUT RI!70 Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya Akan Dapat Komputer Baru, Ada yang Dapat 1 Hingga 12 Unit!

Armilah juga bercerita bahwa saat rumahnya direnovasi dalam program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), mereka masih menggunakan lampu teplok dan tungku kayu bakar.

Meskipun rumahnya sekarang lebih modern, beberapa aktivitas seperti mencuci masih bergantung pada aliran sungai.

Sementara menurut Oom Maryamah, koordinator Kader Posyandu Setiawargi, proses pemasangan listrik di rumah anak Armilah dimulai ketika ia melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap warga beberapa minggu lalu.

0 Komentar