Banyak Trotoar Tak Nyaman Dilalui: Sempit, Ditumbuhi Rumput, Sampai Jadi Tempat Pakir

trotoar
Trotoar di perempatan Jalan Sutisna Senjaya, sudah tidak layak untuk dilalui pejalan kaki. (Ayu Sabrina B/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Trotoar di sejumlah sudut Kota Tasikmalaya masih belum ramah bagi pejalan kaki atau pedestrian.

Sejumlah trotoar memiliki ukuran yang sedikit sempit, rusak, bahkan ada yang dipakai untuk memarkir kendaraan. Kondisi ini menyulitkan pejalan kaki.

Dari pantauan Radar, berjalan di trotoar Jalan Empangsari, kawasan Taman Kota Tasikmalaya, pada Minggu (14/1) dirasa penuh rintangan.

Baca Juga:782 Rumah Makan dan Jajanan di Kota Tasikmalaya Belum Ditetapkan Wajib PajakAkses Antar Dusun Ditutup PT KAI, Kades Minta Dibuatkan Underpass Sebagai Pengganti

Trotoar dengan lebar satu meter itu tidak muat untuk dilalui dua orang. Perlu memiringkan badan atau berjalan sedikit pada badan jalan raya agar muat dilewati dua orang.

Seperti yang dirasakan oleh Habib (21) ketika melakukan rutinitas lari pagi setiap minggu. Ia terpaksa berjalan di menyusuri tepi jalan. Tidak lewat trotoar.

Alasannya, kapasitas trotoar tak leluasa dilewati dua orang ketika berpapasan. Ditambah ada sejumlah kendaraan yang juga sering parkir di atas trotoar itu.

“Setiap saya lari pagi lewat sini, emang agak sulit harus lewat pinggir jalan bukan di area trotoar. Bahaya sih sebenarnya kan bisa saja terserempet motor atau tertabrak mobil,” ujarnya kemarin.

Tampak pula guiding block yang seharusnya tak terhalang apapun, malah dipadati kendaraan bermotor yang parkir.

Tidak hanya di lokasi tersebut, di Jalan Sutisna Senjaya nomor 41, Tawang, juga tak bisa dilalui.

Tampak tidak terawat, dipenuhi rumput liar dan baliho kampanye yang menutup akses pejalan kaki untuk menggunakannya.

Baca Juga:Setelah Sukses di Bali, Legion 28 Akan Pentaskan Lautan Bernyanyi di Gedung Kesenian Kota TasikmalayaRumah Gibran di Kota Tasikmalaya untuk Tampung Aspirasi

Apip (59) hampir setiap hari melintas jalan Sutsen itu dengan menggendong tumpukan koran di tangannya.

Ia jadi saksi para pejalan kaki yang hendak menuju Pasar Pancasila kerap kesulitan karena berpacu dengan kencangnya motor dan mobil.

“Ya begitu jalannya harus mepet-mepet ke pinggir. Kadang memang harus luak-lieuk dulu (lirik kiri-kanan dulu, red) soalnya di sini motor mobil suka kencang, apalagi kalau pagi-pagi. Ada yang bekerja ada yang juga mau ke pasar,” tuturnya.

0 Komentar