Banyak Orang Tua Telantarkan Anak, Panti Asuhan Kini Jadi Tempat Nyaman Bagi Korban Broken Home

panti asuhan
Anak-anak di Panti Asuhan Nurul Millah Kecamatan Tawang sebagian masih memiliki orang tua lengkap namun bercerai dan ada yang tidak mampu sehingga diserahkan ke panti. (Ayu Sabrina B/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kehadiran panti asuhan selama ini dipahami masyarakat hanya menampung anak-anak yatim piatu.

Kenyataannya, panti asuhan justru menjadi tempat dituju bagi anak-anak dari keluarga miskin. Khususnya sebagai jalan mendapatkan pendidikan.

Bukan hanya itu, panti asuhan juga menjadi tempat berlindung yang dianggap nyaman oleh anak-anak broken home.

Baca Juga:Arus Mudik di Terminal Tipe A Kota Banjar Diprediksi Naik Mulai H-7 LebaranAntisipasi Kecurangan Pengisian BBM Jelang Mudik Lebaran, Pemkot Banjar Terjunkan petugas

Yakni anak yang jadi korban perceraian orang tua. Selain mendapat pengasuhan alternatif, di sini juga bisa mengenyam pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Salah satunya Panti Asuhan Nurul Millah di Kecamatan Tawang. Anak-anak di tempat ini mayoritas masih memiliki orang tua.

Hanya sebagian kecil yang orang tuanya telah tiada, baik yatim, piatu atau keduanya.

Rata-rata anak-anak di tempat ini sengaja diserahkan oleh orang tuanya ke panti asuhan agar mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

Umumnya mereka datang dari keluarga miskin dari perdesaan bahkan dari kota besar di tanah air.

“Mereka ada yang masih punya ibu dan ayah, tetapi cerai. Ada juga yang tidak tahu kemana orang tuanya tetapi ada keluarganya,” kata Lela Nurlaila ketua Panti Asuhan Nurul Millah, Selasa, 26 Maret 2024.

Lela juga menuturkan bahwa tidak sedikit anak-anak di panti itu, merupakan korban perceraian.

Baca Juga:Mantan Wakil Wali Kota Banjar Sebut Kriteria Calon Pemimpin ke Depan Harus BeginiTravel Gelap Semakin Marak Jelang Lebaran, Organda Ciamis Minta Pemerintah Bertindak

Banyak orang tua menyerahkan mereka ke panti kemudian meninggalkan begitu saja tanpa pernah menjenguk sekalipun.

“Mereka (orang tua anak, Red) ada, tetapi kepeduliannya kurang. Tidak pernah menanyakan keadaan anaknya dan seolah sudah menyerahkan kepada kami. Seperti jongjon anaknya di sini,” ucap Lela terisak.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Kota Tasikmalaya ada dua anak yang menjadi korban KDRT.

Selanjutnya ada empat kasus anak yang tercatat sebagai konseling masalah keluarga.

Lela merasa mereka yang masih memiliki orangtua justru lebih memprihatinkan. Mengetahui sang ibu atau ayah masih ada, sementara kepedulian tidak dirasakannya.

“Saya ngerasa kok yang ada orang tua ini yang lebih sedih dari anak-anak yang memang ditinggal meninggal oleh orangtua,” ucapnya dengan lirih.

0 Komentar