Banjir Belum Ditangani Serius

Banjir Belum Ditangani Serius
MULAI SURUT. Banjir akibat luapan air Sungai Cikidang dan Citanduy di Desa Tanjungsari Kecamatan Sukaresik mulai surut, Kamis (27/10/2022). Foto: DOKUMENTASI BPBD KABUPATEN TASIKMALAYA
0 Komentar

SUKARESIK, RADSIK – Forum Tasik Utara Bangkit (FTUB) menyikapi terus terjadinya banjir musiman di Desa Tanjungsari Kecamatan Sukaresik. Bahkan, kejadian terbaru pada Rabu (26/10/2022) berdampak terhadap 300 kepala keluarga yang terendam air luapan dari Sungai Cikidang dan Citanduy.

“Setiap kali ada turun hujan lebat dengan intensitas tinggi dan lama pasti terjadi banjir, karena air Sungai Citanduy dan Cikidang meluap hingga masuk permukiman warga. Bentuk keseriusan dari pemerintah atau dinas terkait yang menangani masalah ini, dalam hal ini BBWS Citanduy belum terlihat, pasalnya ini selalu terjadi ketika hujan besar dan lama,” ujar Sekjen FTUB Dian Budianto SPd kepada Radar, Kamis (27/10/2022).

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Baca Juga:Aplikasikan Empat Pilar PendidikanUPK Distribusikan Bantuan kepada Korban Banjir

Kata dia, persoalan yang paling mendasar itu, pihak yang berkompeten tidak pernah menemukan sebuah kesung­guhan dalam mengatasi ma­salah, yang harus dipikirkan perlu meningkatkan kesadaran juga dari masyarakat setempat untuk bersama-sama dengan pihak terkait agar bisa mengentaskan masalah ini.

“Itu yang saya pikir menjadi persoalan titik temu itu. Sekarang kita mesti mengawali dari sebuah kesungguhan dulu dari pihak terkait,” ucapnya, menjelaskan.

Kemudian, kata dia, harus dilakukan bersama-sama sosialisasi kepada masyarakat tentang pola penyelesaian yang lebih efektif dan lebih baik agar persitiwa ini tidak berulang. “Ini kan lucu, selalu berulang terjadi dan terjadi lagi, sehingga ini perlu adanya sebuah pemikiran secara serius yang dilakukan secara bersama-sama,” kata dia, menjelaskan.

“Mungkin dalam pola penyelesainnya itu bisa saja mengganggu tanaman masyarakat dan lainnya, sehingga masyarakat merasa terganggu. Hal ini menjadi faktor sosialisasi tidak secara utuh, sehingga pola pemikiran masyarakat menjadi tidak paham secara utuh. Mungkin saja program yang disampaiakn tidak berjalan baik dan dampaknya banjir itu selalu berulang,” ujar dia, menjelaskan.

Memang, kata dia, kondisi banjir ini sudah dianggap biasa oleh sebagian masyarakat. Bahkan, kerugiannya pun saat ini masih sebatas materi. Namun, apabila terus dibiarkan bisa semakin parah dan tidak menutup kemungkinan mengancam keselamatan masyarakat.

0 Komentar