Anemia Marak di Kalangan Remaja Putri, Ahli Gizi Sarankan Konsumsi Tablet Tambah Darah

tablet tambah darah
Siswi SMPN 20 Tasikmalaya menerima pembagian tablet tambah darah pada Senin 12 Agustus 2024. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Remaja perempuan rentan mengalami anemia atau kekurangan darah, yang dapat berdampak buruk bagi mereka.

Dampak tersebut meliputi penurunan konsentrasi dan prestasi belajar, berkurangnya produktivitas, hingga peningkatan risiko kematian pada masa kehamilan dan persalinan di masa depan.

Anemia bisa menjadi indikasi adanya kondisi kurang gizi yang perlu segera diperbaiki. Namun, masih banyak remaja putri yang enggan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) berwarna merah tersebut.

Baca Juga:Ayo Kita Sumbang! Damkar Kota Tasikmalaya Sebar Proposal untuk Acara Perlombaan Memeriahkan HUT RI!70 Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya Akan Dapat Komputer Baru, Ada yang Dapat 1 Hingga 12 Unit!

“Rasanya tidak enak, pusing. Yang pertama terasa mual dan sulit ditelan. Tapi mungkin sekarang saya akan coba untuk meminumnya,” kata Saqira (13), siswi kelas 7 SMPN 20 Tasikmalaya.

Ahli gizi Puskesmas Kawalu, Feni Yulita, menyebut pemberian TTD pada remaja perempuan memang diperlukan. Termasuk anak sekolah.

TTD dapat membantu mencegah anemia pada remaja yang sedang mengalami menstruasi.

Hanya saja pemberiannya memerlukan pendampingan agar mereka mau mengonsumsinya. Sebab angka anemia di kalangan remaja perempuan disebut sangat tinggi.

“Seharusnya memang ada pendampingan saat pemberian TTD di setiap sekolah. Ini membutuhkan kerja sama dengan Dinas Pendidikan. Jika memungkinkan, ini bisa dimasukkan ke dalam kurikulum,” kata ahli gizi Puskesmas Kawalu, Feni Yulita, setelah membagikan TTD di SMPN 20 Tasikmalaya, Senin 12 Agustus 2024.

Feni menjelaskan bahwa pemberian TTD ini merupakan langkah awal dalam upaya pencegahan stunting. Setiap remaja putri diberikan setidaknya 52 tablet dalam setahun, yang berlaku untuk usia sekolah dari kelas 7 SMP hingga kelas 12 SMA.

Beberapa siswa terlihat kesulitan menelan tablet tersebut. Ada yang mengeluhkan sulit menelan, hingga tidak tahan dengan rasa mual yang ditimbulkan.

Baca Juga:Membaca Skenario Paslon Versus Kotak Kosong di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024Kejutan! Isteri Vokalis Gigi Umumkan Siap Maju Pilkada Ciamis Dampingi Nanang Permana

“Mungkin perlu diadakan penyuluhan khusus bagi mereka yang kesulitan mengonsumsi TTD,” ujar Feni.

Namun, Feni menegaskan bahwa hal tersebut tidak berarti membiarkan remaja tidak mengonsumsi TTD.

Jika mereka tidak mengonsumsinya, dikhawatirkan akan menghasilkan generasi yang rentan mengalami stunting.

“Jika tidak dikonsumsi, dapat menghasilkan generasi yang rentan stunting. Mereka adalah calon ibu hamil. Apalagi jika setelah lulus sekolah langsung menikah, mereka mungkin belum siap secara fisik,” tambahnya.

Modifikasi dalam pemberian tablet tambah darah diperlukan untuk memastikan remaja putri tetap mengonsumsinya.

0 Komentar