Anak Jadi Korban, Panitia Porsadin Kota Tasikmalaya Dinilai Tidak Profesional

Porsadin kota tasikmalaya, cabang olahraga bulutangkis, peserta WO
Pimpinan Ponpes Faozan Paseh KH Ijad Noorzaman (kanan) bersama ibu dari Gisya Sahrina Romadona (kiri), atlet yang WO di Porsadin karena kekeliruan distribusi informasi, Jumat malam (15/8/2024)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Penyelenggaraan Pekan Olahraga dan Seni antar Santri Diniyah (Porsadin) di Kota Tasikmalaya dinilai profesional, khususnya di cabang olahraga (cabor) bulutangkis. Pasalnya kekeliruan komunikasi dari panitia mengakibatkan santri dari Ponpes Fauzan Paseh terkena Walkover (WO).

Penyelenggaraan Porsadin di Kota Tasikmalaya berjalan sejak 1-3 Agustus 2024, meskipun sudah selesai pelaksanaannya masih menyisakan sengketa. Hal itu terjadi pada cabor bulutangkis di mana pasangan ganda putri dari kontingen Kecamatan Cihideung terkena WO karena informasi perubahan jadwal.

Pasangan ganda putri tersebut yakni Gisya Sahrina Romadona (13) dari Ponpes Fauzan Paseh dan Yumazada Zaira (9) dari Madrasah Diniyah Attaawun. Mereka dipaksa menerima posisi juara 3 karena dinyatakan WO oleh pihak panitia.

Baca Juga:Inspirasi dari Para Pahlawan Perempuan dalam Pembangunan Indonesia ModernTerduga Pelaku Dipecat, BRI Tasikmalaya Klarifikasi soal Dugaan Fraud di Kantor Unit yang Diselidiki Kejaksaan

Pengasuh Ponpes Fauzan Paseh KH Ijad Noorzaman menuntut pertanggungjawaban panitia yang menurutnya tidak profesional. Pasalnya distribusi informasi kepada peserta terbilang asal-asalan sehingga anak didiknya terlambat ke lokasi. “Ini kan kompetisi resmi, kenapa pelaksanaannya asal-asalan,” ungkapnya kepada Radar, Kamis malam (15/8/2024).

Diceritakannya bahwa saat anak didiknya lolos ke final, dia dijadwalkan bertanding pada Sabtu pukul 13.00 WIB. Namun di hari sabtu itu, sekitar pukul 10.00 WIB Gisya mendapat informasi bahwa jadwal dipercepat jadi pukul 11.00 WIB. “Anaknya langsung buru-buru berangkat diantarkan kakaknya,” ujarnya.

Pertandingan semi final dilaksanakan di Cibeureum, rute yang masih asing untuknya itu membuat Gisya sempat kesulitan sampai di lokasi. Setelah sampai di lokasi, dia dan pasangan mainnya pun terkena WO oleh panitia. “Ditandingkannya jadi memperebutkan juara ketiga, dan menang,” ucapnya.

Dengan kondisi tersebut KH Ijad pun protes kepada penyelenggara karena dinilai asal-asalan dalam memberikan informasi. Diketahui bahwa panitia melakukan pemberitahuan kepada kontingen Cihideung yang dianggap sebagai official, padahal Kecamatan Cihideung tidak membentuk official untuk Gisya dan Zaira. “Harusnya pemberitahuan itu langsung ke pemain,” ucapnya.

Kendati demikian, penyelenggara tetap bersikukuh pada bahwa Gisya dan Zaira kena WO karena terlambat. Meskipun kekeliruan pola penyampaian informasi ada di panitia penyelenggara. “Apalagi pemberitahuan apapun tidak pernah ada surat, padahal ini kompetisi resmi,” terangnya.

0 Komentar