Acara Ngertakeun Cai Akan Jadi Agenda Tahunan Kota Tasikmalaya

ngertakeun cai
20 Pria membawa air sambil berjalan kaki menuju Situ Cibeureum dalam Tradisi Ngertakeun Cai (11/11). (foto: ayu sabrina/radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dua puluh pria berpakaian pangsi putih berjalan tanpa alas kaki sembari mengucap bait ‘Allah’ berulang kali. Digenggamnya sebuah bambu, berisikan air yang telah diambil dari empat penjuru wilayah Kota Tasikmalaya.

Ini adalah bagian dari acara “Ngertakeun Cai”, salah satu prosesi budaya memuliakan air oleh yang dilakukan Yayasan Sunda Ngahiji yang juga disaksikan langsung oleh masyarakat dan tokoh publik di Kota Tasikmalaya, pada Sabtu (11/11) di Situ Cibeureum, Kecamatan Tamansari.

Sebelum air ditumpahkan ke Situ Cibeureum, prosesi Ngertakeun Cai dimulai dengan mengambil air dari empat penjuru wilayah Kota Tasikmalaya, yaitu air Sumber Eyang Jagaraksa di Purbaratu, mangkubumi Cipawitra, Sumber Air Cibeas di dekat makam Syekh Abdul Ghorib, dan Pendopo Tasikmalaya. Kemudian, air dari keempat tempat tersebut diarak sambil berjalan kaki dari pusat kota.

Baca Juga:Karinding Sadulur Tasikmalaya Akan Manggung di Bali3 Nama Kandidat Pj Wali Kota Tasikmalaya Calon Pengganti Cheka Virgowansyah Beredar, Siapa Saja Mereka?

Ketua Pelaksana, Tatang Pahat, menjelaskan Ngertakeun Cai merupakan upaya untuk menghidupkan kembali budaya masa lalu dalam rangka peringatan Milangkala ke-6 Yayasan Sunda Ngahiji.

Acara ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan kearifan lokal terutama terkait air yang sering terlupakan.

“Budaya zaman dahulu yang sengaja diangkat kembali ini dalam rangka Milangkala ke-6 Yayasan Sunda Ngahiji, yang menginginkan untuk kembali mensejahterakan air yang selama ini sebagian orang sudah melupakan kearifan lokal,” ungkapnya.

“Sebenarnya kalau kita tarik lebih jauh lagi, Ngertakeun Cai itu sama dengan budaya Islam yang shalat istisqa itu. Ngertakeun cai itu, memuliakan air. Jadi, manusia jangan semena-mena terhadap airnya,” tambah Tatang.

Ia juga memaparkan bahwa kegiatan sakral ini baru dilakukan dua kali. Perdana dilakukan oleh Yayasan Sunda Ngahiji secara tertutup.

Kini, ritual mengawinkan air dari 4 sumber mata air itu akan jadi agenda rutin sebelum hajat Ulang Tahun Kota Tasikmalaya atau yang lebih dikenal dengan Tasik October Festival (TOF).

“Nantinya sebelum TOF, Ngertakeun Cai akan jadi pembuka di awal. Kita mulai tahun depan,” ujar Tatang.

0 Komentar