Musim Kemarau, 5.661 Hektare Sawah Terancam Kekeringan di Kota Tasikmalaya

Sawah Terancam Kekeringan di Musim Kemarau
Kondisi Lahan sawah di wilayah Purbaratu sudah mulai terlihat retak meski tanahnya masih lembab. Menghadapi kemarau, lahan sawah berpotensi mengalami kekeringan.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Ribuan Hektare Sawah terancam kekeringan di Kota Tasikmalaya menghadapi musim kemarau ini. Petani pun perlu mengolah lahan agar bisa tetap produktif dan memberikan manfaat.

Sudah beberapa pekan ini Kota Tasikmalaya tidak lagi diguyur hujan. Lahan-lahana pertanian khususnya sawah pun mulai kekurangan suplai air.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kota Tasikmalaya H Adang Mulyana mengakui bahwa menghadapi musim kemarau, lahan pertanian berpotensi mengalami kekeringan. “Semua wilayah berpotensi kekeringan,” ungkapnya kepada Radartasik.id, Senin (14/8/2023).

Baca Juga:Kudeta Ulama? KH Ate Musodiq Menilai Pemberhentiannya Sebagai Ketua MUI Kota Tasikmalaya JanggalSurat Suara Tanpa Foto Caleg, Kualitas Pileg 2024 Tidak Maksimal

Untuk lahan kebun tidak begitu mengalami masalah, namun lain cerita dengan sawah yang perlu suplai air yang cukup. Berdasarkan data DKPPP, Kota Tasikmalaya memiliki 5.661 hektare lahan sawah. “Kalau tanaman sayur kan justru bagus di musim kemarau asal disiram teratur,” ucapnya.

Hasil peninjauan DKPPP, beberapa lahan pesawahan yang sudah mengalami kekeringan. Yakni di wilayah Purbaratu, Cibeureum dan Tamansari. “Ada 7 hektare kekeringan ringan dan 6 hektare kekeringan sedang,” ungkapnya.

Ada beberapa alternatif yang akan dilakukan oleh DKPPP menyikapi datangnya musim kemarau ini. Yakni membantu para petani dalam hal pengairan dengan pompanisasi ketika masih ada sumber air. “Petani juga harus bisa menerapkan giilir air, supaya bisa berbagi pengairan,” terangnya.

Pihaknya juga akan melakukan penyuluhan agar ketika kondisinya tidak memungkinkan, petani tidak memaksakan menanami sawah dengan padi. Namun mengubah pola tanam untuk menjaga produktivitas lahan. “Bisa ditanami jagung, ubi jalar, ketela pohon dan tanaman lainnya,” tuturnya.

Disinggung efek terhadap ketahanan pangan, H Adang mengakui bahwa produktivitas padi akan berkurang. Namun bukan berarti masyarakat akan kesulitan mencari beras karena masih ada berbagai alternatif. “Kita juga bisa manfaatkan stok dari bulog juga,” ucapnya.

Bagaimana pun kondisinya, pemerintah akan berupaya untuk memastikan ketersediaan pangan. Namun akan lebih baik jika konsumsi masyarakat tidak hanya bergantung pada nasi. “Insya Allah kalau ketahanan masih tetap aman,” tuturnya.

0 Komentar