Literasi HIV Anak Muda Kota Tasikmalaya Masih Rendah, Psikolog Soroti Minimnya Edukasi Sejak Dini

literasi HIV anak muda Kota Tasikmalaya
Ilustrasi literasi HIV anak muda. olah digital AI
0 Komentar

“Sekarang kan anak SMA sudah pacaran, termasuk juga munculnya kasus-kasus LGBT, dan itu memang usia sekolah. Jadi memang perlu diedukasi,” jelasnya.

Ia menegaskan, edukasi HIV/AIDS harus dilakukan secara berjenjang dan sistematis, sebagaimana pendidikan tentang bullying, kekerasan, atau geng motor.

“Ini harus kerja sama dan dimulai dari SD, SMP, SMA. Tapi memang SMP dan SMA fase paling penting karena mereka lagi banyak ketempa pergaulan dan hal-hal baru,” tegasnya.

Rikha juga menyinggung pola penularan HIV yang masih dominan.

Baca Juga:SOP Jukir Masih Lemah dan Pengawasan Minim, DPRD Soroti Tata Kelola Parkir Kota TasikmalayaKetika Pemerintah Kota Tasikmalaya Telat Bayar: Siapa yang Menanggung Bunga Bank Kontraktor? 

“Memang kebanyakan dari LSL dan penggunaan alat bersama, khususnya suntik. Kalau medis itu kecil karena ada sterilisasi,” ucapnya.

Meski demikian, ia mengingatkan edukasi tidak boleh berhenti pada penghakiman perilaku semata.

“Bukan cuma soal benar atau salah, tapi apakah safety behavior-nya ada atau enggak. Mereka paham enggak soal keselamatan dirinya,” tuturnya.

Kekhawatiran terbesar, lanjut Rikha, adalah dampak lanjutan terhadap keluarga dan anak.

Ia menyinggung adanya kasus HIV pada usia anak.

“Saya khawatir karena ada data usia 1 sampai 10 tahun. Itu bisa jadi penularan dari orang tua ke anak,” katanya.

Berdasarkan data Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA), sepanjang 2025 tercatat 136 kasus baru HIV.

Sebanyak 88 persen terjadi pada laki-laki. Kelompok usia 21–30 tahun menjadi yang paling terdampak dengan 64 kasus, disusul usia 31–40 tahun sebanyak 35 kasus, serta usia 11–20 tahun sebanyak 19 kasus.

Baca Juga:Akses ke HZ Mustofa Ditutup Pukul 16.00 Sore ini, Padayungan Pukul 21.00: Malam Tahun Baru di Kota TasikmalayaKetua MUI Kota Tasikmalaya Ajak Warga Isi Pergantian Tahun dengan Doa dan Kepedulian Sosial

Melihat tren tersebut, Rikha menegaskan edukasi HIV/AIDS harus dilakukan secara masif dan lintas usia.

“Kalau mau efektif, sasarannya harus semua unsur usia. Dari perguruan tinggi, kantor-kantor, swasta, sampai pemerintahan. Karena penularan ini enggak kelihatan,” pungkasnya. (ayu sabrina barokah)

0 Komentar