Meski mendapat sambutan luar biasa, De Rossi memilih bersikap tenang dan tidak berlebihan. Ia sadar posisinya sebagai pelatih Genoa dan tidak ingin gesturnya disalahartikan di tengah kekecewaan akibat kekalahan.
“Saya minta maaf jika salam saya terlihat terlalu sederhana. Mereka mengenal saya. Saya tidak mungkin datang ke sana sambil melompat-lompat setelah kalah seperti ini,” tuturnya.
De Rossi juga menegaskan bahwa rasa cintanya kepada Roma dan para tifosi tidak pernah pudar, meski kini ia berada di sisi yang berseberangan.
Baca Juga:Sambutan Hangat Curva Sud AS Roma untuk De Rossi: Putra Roma Tidak Pernah Menjadi MusuhAS Roma Terpaksa Korbankan Artem Dovbyk demi Joshua Zirkzee
“Mereka selalu memperlakukan saya dengan cara yang luar biasa dan akan selalu ada di hati saya,” pungkasnya.
Langkah De Rossi menuju Curva Sud menjadi simbol kuat bahwa dalam sepak bola, hubungan emosional tak selalu bisa diukur lewat hasil pertandingan.
Pada malam itu di Olimpico, Genoa memang kalah, tetapi Daniele De Rossi kembali membuktikan bahwa bagi Curva Sud AS Roma, ia tetap anak kandung kota ini—lawan di lapangan, namun tak pernah menjadi musuh.
