Mall Masih Ramai, Tapi Ribuan Orang Kehilangan Kerja, Kilas Balik 2025 Dan Menghadapi Situasi Ekonomi 2026

Ekonomi 2026
Mall Masih Ramai, Tapi Ribuan Orang Kehilangan Kerja, Kilas Balik 2025 Dan Menghadapi Situasi Ekonomi 2026. Foto: youtube
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Pemutusan hubungan kerja nasional melonjak hingga puluhan ribu orang dalam sepuluh bulan terakhir.

Dilansir dari kanal Bangun Kaya, menurut data dari Kemnaker sepanjang Januari hingga Novembe 2025, sekitar 79.302 pekerja kehilangan pekerjaan, sebuah angka yang menegaskan bahwa pasar tenaga kerja mulai merasakan tekanan serius.

Fenomena ini bukan krisis besar seperti masa lalu, melainkan perlambatan bertahap yang memaksa perusahaan menahan ekspansi dan fokus pada efisiensi.

Baca Juga:Rasa Konsol di Genggaman, RedMagic 11 Pro Plus Hadir untuk Para Suhu GamerKamera Oppo A6 Pro Tampil Sederhana, Tapi Fungsinya Lengkap

Dalam situasi ekonomi seperti ini, dampak perlambatan ekonomi Indonesia jarang langsung terasa di headline media, tetapi cepat menghantam meja makan rumah tangga.

Pengurangan jam kerja, kontrak yang tidak diperpanjang, hingga PHK massal menjadi jalan terakhir bagi perusahaan yang arus kasnya semakin ketat.

Angka puluhan ribu itu akhirnya bukan lagi sekadar statistik, melainkan potret ribuan keluarga yang harus menata ulang rencana hidup.

Yang menarik, perlambatan ini terjadi saat pusat perbelanjaan masih ramai dan gaya hidup konsumtif tetap mendominasi linimasa media sosial.

Kontras antara tampilan luar dan kondisi riil inilah yang sering membuat banyak orang lengah membaca arah ekonomi.

Perusahaan tidak mengambil keputusan PHK secara emosional, melainkan melalui perhitungan dingin saat prospek bisnis belum menjanjikan.

Dalam fase seperti ini, sektor paling terdampak PHK hampir selalu sama, yakni manufaktur, tekstil, dan industri padat karya.

Baca Juga:HP Gaming 2 Jutaan Yang Nggak Kaleng-kaleng, Pilihan Paling Layak Sebelum Ganti TahunInfinix Xpad 20 Pro Memang Nggak Banyak Gaya, Tapi Enak Dipakai

Ketika permintaan melemah dan biaya produksi naik, sektor-sektor tersebut kehilangan ruang bernapas lebih cepat dibandingkan sektor lain.

Industri tekstil misalnya, sangat bergantung pada ekspor, sehingga pelemahan permintaan global langsung menekan volume produksi.

Akibatnya, tenaga kerja kontrak menjadi kelompok pertama yang dilepas bukan karena kinerja, melainkan karena kondisi pasar.

Efek domino juga terasa di sektor logistik dan distribusi saat volume barang menurun dan kebutuhan tenaga kerja ikut menyusut.

Sektor ritel yang tampak ramai pun tidak sepenuhnya aman karena margin keuntungan terus tergerus biaya operasional.

Di sisi lain, sektor digital dan teknologi yang dulu dianggap kebal kini mulai mengerem ekspansi dan melakukan efisiensi tenaga kerja.

Namun, sektor kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan pokok relatif lebih stabil karena permintaannya cenderung bertahan.

0 Komentar