Rombongan menargetkan tiba di Yogyakarta pada 29 Desember. Dengan jarak tempuh harian sekitar 150 kilometer, mereka berharap cuaca bersahabat dan tidak terlalu banyak tanjakan ekstrem.
Sementara itu, Anan Septian alias Aceng Gondrong mengakui bahwa jalur Malangbong, Garut, menjadi salah satu bagian paling menguras tenaga.
“Tanjakannya cukup berat. Stamina sudah terkuras sejak Rancaekek menuju Tasikmalaya. Tapi Jalur Gentong itu asik, capeknya sedikit terbayar,” katanya.
Baca Juga:UMK Jawa Barat 2026: Pangandaran Termangu, Bekasi Tersenyum!Tambang Ilegal Tinggalkan Luka Lingkungan, Endang Juta Dituntut 5 Tahun Penjara!
Ini menjadi pengalaman pertama Aceng menginjakkan roda sepedanya di Tasikmalaya. Sebelumnya, ia lebih sering touring menggunakan motor. Peralihan ke sepeda memberinya sensasi berbeda.
“Kalau sepeda itu yang dikuras semuanya. Bukan cuma fisik, tapi juga ego. Karena kita berangkat bersama, harus saling menunggu,” ujarnya sambil tersenyum.
Bagi Aceng, bersepeda adalah cara menyeimbangkan hidup. Ia bisa tetap bekerja, berolahraga, dan menyalurkan hobi, tentu dengan dukungan keluarga.
Pesepeda lainnya, Raihan Fajar, sepakat bahwa jalur Malangbong adalah tantangan terberat. Namun, ia menyebut Jalur Gentong sebagai bagian paling indah, dengan hamparan sawah dan pemandangan pegunungan yang menenangkan.
“Touring pakai sepeda itu enaknya bisa menikmati alam sambil olahraga, sekaligus menguji kekuatan fisik,” katanya.
Bagi Raihan, perjalanan Jakarta–Yogyakarta ini juga menjadi touring terjauh yang pernah ia lakukan. Ia mengaku sebelumnya lebih hobi mendaki gunung, sebelum akhirnya beralih ke dunia sepeda.
Di atas aspal Pantai Selatan, enam pesepeda ini membuktikan bahwa perjalanan bukan hanya tentang tujuan, tetapi juga tentang cerita yang lahir dari setiap kayuhan. (Ujang Nandar)
