RADARTASIK.ID – Banyak orang mungkin belum siap mengakui bahwa krisis ekonomi 2026 mulai terasa dari sekarang, ketika harga rumah melemah dan emas justru melesat seperti sedang berlomba dengan rasa takut manusia.
Melansir dari kanal Embun Kata, tahun 2026 diprediksi menjadi titik balik penting bagi peta investasi nasional, khususnya pada dua aset yang selama ini dianggap paling aman, yaitu properti dan emas.
Harga rumah yang sebelumnya diasumsikan selalu naik perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan pasar.
Baca Juga:Samsung Galaxy Z Trifold, Cara Samsung Mendefinisikan Ulang HP LipatNaik Kelas Tanpa Naik Harga, Infinix Note 60 Pro Main di Zona Baru, Terasa Beda dari Generasi Sebelumnya
Kepercayaan masyarakat terhadap sektor properti tidak lagi sekuat beberapa tahun lalu ketika suku bunga rendah dan daya beli masih stabil.
Banyak keluarga muda memilih menunda membeli rumah karena cicilan terasa semakin berat di tengah biaya hidup yang terus meningkat.
Kondisi ini membuat sektor properti bergerak lambat, seperti mesin besar yang masih menyala tetapi kehilangan tenaga.
Pengembang besar mulai menahan ekspansi dan lebih fokus menjaga arus kas agar tetap bertahan.
Di sisi lain, investor yang berpikir dalam kerangka investasi properti jangka panjang justru mulai melirik peluang dari pasar yang sedang lesu.
Sejarah menunjukkan bahwa fase ketakutan sering kali menciptakan harga yang lebih rasional.
Sementara properti tersendat, emas justru menjadi bintang baru di tengah ketidakpastian global.
Baca Juga:Usaha Ramai Tapi Uang Selalu Habis? Bisa Jadi Arus Kas yang Diam-Diam Menggerogoti Bisnis AndaHP 1 Jutaan Serba Bisa, Vivo Y19s GT dan Redmi 13X, Yang Satu Kencang, Yang Satu Tajam
Lonjakan tren harga emas global dipicu oleh kekhawatiran resesi, pelemahan mata uang, dan perubahan arah kebijakan bank sentral dunia.
Di Indonesia, emas kembali diposisikan bukan sekadar perhiasan, melainkan simbol rasa aman.
Masyarakat membeli emas sedikit demi sedikit sebagai bentuk tabungan yang dianggap lebih tahan banting.
Namun, tidak semua pembelian emas didasari pemahaman yang matang terhadap siklus pasar.
Sebagian investor ritel terjebak euforia dan membeli di harga tinggi karena takut tertinggal momentum.
Padahal, emas juga mengenal fase koreksi yang sering kali menguji kesabaran.
Dalam kondisi seperti ini, strategi investasi saat krisis menjadi kunci untuk membedakan keputusan rasional dan emosional.
Investor berpengalaman cenderung tenang dan tidak terburu-buru mengikuti arus sentimen.
Mereka memahami bahwa pasar selalu bergerak dalam siklus naik, turun, dan jeda.
