Gerindra Jabar Memilih Berdoa dan Pohon, Bukan Berpesta atau Hura-Hura!

gerindra jawa barat H Amir Mahpud
Ketua DPD Gerindra Jawa Barat, H Amir Mahpud
0 Komentar

BANDUNG, RADARTASIK.ID – Jawa Barat tak selalu harus riuh saat tahun berganti. Tidak selalu tentang kembang api yang meledak di langit atau terompet yang ditiup tanpa henti.

Menjelang pergantian tahun 2026, suasana justru diminta untuk diturunkan nadanya. Lebih hening. Lebih khusyuk. Lebih peduli.

Itulah pesan yang datang dari Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat, H. Amir Mahpud—atau yang akrab disapa Haji Aming.

Baca Juga:Sidang Tuntutan terhadap Endang Juta Kembali Ditunda untuk Ketiga KaliPolitik Call Center dan Hotel yang Salah Alamat!

Melalui surat resmi bernomor No12-033/A/DPD-Gerindra-Jabar/2025, ia menginstruksikan seluruh Ketua DPC, Ketua Fraksi, anggota, hingga struktur partai Gerindra se-Jawa Barat untuk mengisi malam tahun baru dengan Doa Bersama. Bukan pesta. Bukan hura-hura.

Keesokan harinya, 1 Januari 2026, para kader diminta turun ke tanah. Secara harfiah. Menanam seribu pohon di setiap daerah. “Ini soal kepekaan,” kata Amir Mahpud.

Bukan sekadar instruksi organisasi. Melainkan sikap moral melihat situasi bangsa yang sedang tidak baik-baik saja. Ribuan warga di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat masih berjibaku dengan banjir. Di sejumlah wilayah Aceh, musibah itu bahkan menelan korban jiwa.

Dalam situasi seperti itu, menurut Amir, pesta pergantian tahun terasa tidak pada tempatnya. Euforia bisa berubah menjadi ironi. Kegembiraan bisa mengoyak perasaan mereka yang sedang kehilangan rumah, sanak saudara, bahkan masa depan.

Karena itulah, tahun baru ini diminta untuk dimaknai secara berbeda. Doa dipanjatkan, bukan untuk diri sendiri semata, tetapi untuk saudara-saudara yang tertimpa bencana. Pohon ditanam, bukan sekadar simbol, tetapi sebagai ikhtiar menjaga alam agar tidak terus murka.

Amir menekankan pentingnya menyandingkan kesadaran teologis dengan kesadaran ekologis. Beragama, katanya, tidak cukup hanya dengan ibadah ritual. Harus ada tanggung jawab menjaga ciptaan Tuhan. Alam bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga amanah.

Ia mengutip pesan Al-Qur’an yang menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi terjadi akibat ulah manusia yang abai dan tak peduli lingkungan. Maka, doa dan aksi harus berjalan beriringan. Mendekat kepada Tuhan, sambil merawat bumi.

Baca Juga:Ibu, Ibu, Ibu dan Festival Rasa Bersalah Nasional!Jabar Tertinggi Realisasi Kredit Perumahan, Moratorium Izin oleh KDM Disorot Pemerintah Pusat

Dalam konteks itulah, perayaan tahun baru 2026 diharapkan menjadi momen refleksi. Sebuah penanda bahwa empati masih hidup. Bahwa solidaritas tidak kalah nyaring dari suara terompet.

0 Komentar