TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Puluhan warga Desa Purwasari, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, bergotong royong melakukan pemasangan bronjong kawat secara swadaya di sekitar area DAM Cibodas, Jumat (19/12/2025).
Langkah darurat ini dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor susulan akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut.
Bencana longsor yang terjadi sepekan lalu telah mengakibatkan kerusakan parah. Sedikitnya 40 hektare lahan produktif milik warga berupa sawah dan kolam dilaporkan terdampak akibat meluapnya aliran sungai.Kepala Desa Purwasari, Supendi Supriadi, menjelaskan bahwa longsor dipicu oleh meningkatnya debit air sungai yang menyebabkan kerugian besar bagi sektor pertanian warga.
Baca Juga:GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya Kuatkan Kader, Gelar Konsolidasi Organisasi di Enam ZonaAnggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya Aldira Yusup Soroti Penutupan Tambang Emas: WPR Belum Dirasakan Rakyat!
“Lahan yang sebelumnya ditanami komoditas padi dan jenis lainnya, terbawa arus sungai yang meluap,” ujarnya saat dikonfirmasi Radar, Minggu 21 Desember 2025.
Supendi menambahkan, sumber aliran DAM Cibodas berasal dari Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, yang melintasi beberapa desa, yakni Desa Sukasetia, Purwasari, Cikadu, Sukajadi, dan Jatihurip. Dampak terparah dirasakan di wilayah Kedusunan Negla dan Awikondang dengan total luasan terdampak mencapai puluhan hektare. Dengan taksiran kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp 200 jutaan.
Menurutnya, pemasangan tanggul darurat menjadi kebutuhan mendesak. Jika tidak segera dilakukan, aliran sungai dikhawatirkan akan terus menggerus tebing dan mengancam lahan pertanian warga lainnya.
“Warga berinisiatif mengumpulkan dana secara kolektif untuk membeli material kawat bronjong,” katanya.
Supendi juga meminta perhatian serius dari instansi terkait, khususnya dalam upaya normalisasi aliran sungai dan pembangunan tanggul permanen.“Kapasitas bronjong swadaya ini, hanya bersifat sementara dan mungkin tidak akan bertahan jika debit air sungai kembali ke titik ekstrem saat puncak musim penghujan,” tegasnya.
Sementara itu, salah seorang warga, Ae Nurdin, menegaskan bahwa kegiatan tersebut murni inisiatif warga yang tidak ingin menunggu bencana kembali terjadi.“Jika lama dibiarkan, dampaknya akan sangat besar bagi pengairan sawah dan perkebunan. Makanya, kami sepakat untuk bergerak secara swadaya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, penggunaan bronjong dipilih karena bersifat fleksibel dan mampu menyerap tekanan air dengan baik. Warga secara bahu-membahu menyusun batu kali ke dalam anyaman kawat galvanis dan menatanya secara bertingkat di titik-titik yang dinilai rawan longsor.
