Politik Call Center dan Hotel yang Salah Alamat!

H Amir Mahpud ketua Gerindra Jawa Barat
H Amir Mahpud, Ketua DPD Gerindra Jawa Barat saat menyampaikan sambutan dalam salah satu acara, pada Sabtu 20 Desember 2025. (IST)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Saya mencatat kalimat itu pelan-pelan. Takut salah dengar. Takut juga salah tafsir.

“Dunia politik itu call center,” kata Haji Amir Mahpud Pada Sabtu, 20 Desember 2025.

Acaranya: Primajasa Peduli Pendidikan pemberian beasiswa kepada ratusan anak.

Kalimatnya ringan. Tapi ujungnya berat. Bahkan mengarah ke satu bangunan yang sering muncul di berita malam.

Baca Juga:Ibu, Ibu, Ibu dan Festival Rasa Bersalah Nasional!Jabar Tertinggi Realisasi Kredit Perumahan, Moratorium Izin oleh KDM Disorot Pemerintah Pusat

“Kalau mau jadi kaya, jangan masuk politik. Sangat berbahaya. Sembilan puluh sembilan persen, kalau niatnya mau kaya, ujung-ujungnya berakhir di hotel. Hotel KPK,” ujar H Amir Mahpud.

Beberapa orang tertawa. Beberapa lain tertawa tapi matanya tidak ikut tertawa.

H Amir Mahpud memang bukan orang baru di politik.

Ia Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat. Ia juga Presiden Direktur PT Primajasa. Dua dunia yang sering dianggap bertolak belakang: politik dan bisnis.

Tapi justru di situlah ia berdiri dengan santai. Seolah dua dunia itu satu halaman buku yang sama—tinggal dibaca dengan niat yang benar.

Ia mulai dari hal kecil. Tentang Wakil Wali Kota Tasikmalaya.

“Dulu masa kampanye, Pak Diki (Candra) jarang ketemu saya,” katanya.

Lalu berhenti sebentar.

“Tidak apa-apa. Tapi setelah jadi, apa yang disampaikan bisa jadi bukti,” katanya.

Kalimat itu tidak menyindir. Lebih mirip catatan pinggir. Bahwa politik tidak selalu soal seberapa sering bertemu saat kampanye, tapi seberapa konsisten setelah menang.

Lalu nadanya berubah sedikit. Lebih serius.

Baca Juga:Satu Nama Masuk Dua Kandidat Eselon II karena Berdasarkan Rumpun dan Manajemen TalentaPertashop Bantarsari Kota Tasikmalaya: BBM Lebih Dekat, Layanan Lebih Layak

“Saya sudah peringati beberapa kepala daerah. Terutama yang diusung Gerindra,” katanya.

“Bibir belum basah, dua hari lalu ada bupati yang tertangkap. Dengan orang tuanya lagi,” ucap H Amir mengingatkan.

Ruangan mendadak sunyi. Kalimat itu seperti sirene. Pendek. Tapi membuat orang menoleh.

Nama tidak disebut. Daerah tidak ditunjuk. Tapi pesannya jelas: kekuasaan itu licin. Apalagi kalau niat awalnya sudah salah.

H Amir lalu menoleh ke Wali Kota Tasikmalaya (Viman Alfarizi).

“Pak Cecep ini punya mantan karyawan kami, Asep Sopari (wakil bupati),” katanya.

0 Komentar