RADARTASIK.ID – Menjelang big match panas di Allianz Stadium antara Juventus dan AS Roma pada Minggu (21/12) dini hari, sosok Miralem Pjanic kembali mencuri perhatian.
Mantan gelandang kreatif asal Bosnia-Herzegovina itu menjadi figur yang tepat untuk berbicara, mengingat statusnya sebagai mantan pemain kedua klub.
Dalam wawancara bersama Rete Sport, Pjanic mengulas kenangan, analisis pertandingan, serta alasan mengapa Roma pada masanya kerap gagal mengungguli dominasi Juventus.
Baca Juga:Ribut dengan Tangan Kanan Antonio Conte, Napoli Kutuk Tindakan Pelatih AC MilanAtalanta Jadi Batu Sandungan Inter Datangkan Marco Palestra, Juventus Incar Lorenzo Lucca
Pjanic memiliki perjalanan karier yang kontras bersama dua raksasa Serie A tersebut.
Ia memperkuat AS Roma selama lima musim, dari 2011 hingga 2016, dengan catatan 185 penampilan dan 30 gol.
Meski menjadi salah satu motor permainan Giallorossi, Pjanic tidak pernah merasakan gelar juara selama berkostum Serigala Ibu Kota.
Kariernya kemudian berlanjut ke Juventus pada 2016, di mana ia tampil dalam 178 pertandingan dan mencetak 22 gol, sekaligus meraih empat Scudetto, dua Coppa Italia, dan satu Supercoppa Italiana.
Perbedaan pencapaian itu menjadi latar belakang utama pernyataan Pjanic mengenai kekuatan Juventus dan keterbatasan Roma di era tersebut.
Berbicara tentang kepergiannya dari Roma, Pjanic mengaku keputusan itu sangat berat secara emosional.
“Ketika saya pergi, itu sama sekali tidak mudah. Saya mencintai Roma dan sampai sekarang masih mencintainya,” ujar Pjanic dilansir dari Calciomercato.
Baca Juga:Resmi! AC Milan Kontrak Anak Bungsu Ibrahimovic, Barcelona Amankan Permata La Masia dari Incaran Klub EropaPesan Inter untuk Juventus, AS Roma, dan Napoli: Siapkan Rp682 Miliar jika Inginkan Davide Frattesi
Ia menegaskan bahwa kepindahannya bukan karena kurangnya rasa memiliki, melainkan bagian dari perjalanan karier seorang pesepak bola profesional.
“Tentu dalam karier ada pilihan yang harus diambil, dengan keyakinan bahwa itu adalah jalan yang tepat. Tapi saya sangat terikat dengan semua orang di Roma: para suporter, rekan setim, dan semua yang bekerja di klub. Meninggalkan Roma adalah hal yang sulit,” kenangnya.
Soal mengapa Roma saat itu gagal meraih gelar dan kerap kalah bersaing dengan Juventus, Pjanic memberikan penjelasan yang lugas dan jujur.
Menurutnya, musim pertamanya di Roma berjalan penuh tantangan. Saat itu klub sedang memasuki era baru di bawah kepemilikan Amerika Serikat, dengan Luis Enrique sebagai pelatih dan Walter Sabatini sebagai direktur olahraga.
