TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Saya bertemu Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP M Faruk Rozi, dalam sebuah diskusi yang santai, beberapa waktu lalu.
Terlalu santai, bahkan. Sampai ada guyonan yang membuat suasana sejenak pecah oleh tawa. “Semua kagok,” katanya. Ia sendiri ikut tertawa. Tidak dibuat-buat. Tidak pula dicari-cari. Di situlah saya menangkap sesuatu.
Kapolres Faruk ini bukan tipe komandan yang suka mengeraskan suara. Ia justru sering merendahkan nada. Tapi jangan salah. Ketika urusan kondusivitas publik dibicarakan, matanya berubah fokus. Tegas. Jelas. Seperti prajurit yang tahu betul ke mana harus melangkah.
Baca Juga:AKBP M Faruk ke Klaten, AKBP Andi Datang dari Bareskrim: Pergantian Sunyi Kapolres di Kota Santri!Di Kota Tasikmalaya Hari Ini: Parkir Tanpa Karcis, Gratis di Video, Berbayar di Jalan!
Faruk—begitu ia biasa dipanggil—punya satu obsesi: Tasikmalaya harus tetap kondusif. Aman. Nyaman. Bukan hanya di atas kertas laporan, tapi benar-benar terasa di jalanan, di pasar, di warung kopi, sampai ke grup WhatsApp warga.
Caranya sederhana. Bahkan terkesan remeh. Mendengar. Datang. Menyapa. Bergerak cepat. Satset, kata anak muda sekarang. Tapi bukan satset yang kasar. Satset yang pakai hati.
Ia tidak menunggu masalah membesar. Tidak pula menunggu viral. Ketika ada potensi gesekan, ia turun lebih dulu.
Ketika ada keresahan kecil, ia tangkap sebelum menjadi besar.
“Semampu dan sekemampuan kami,” katanya merendah.
Padahal yang dilakukan sering kali melampaui kewajiban formal.
Mungkin itu sebabnya ia disukai. Bahkan dicintai publik. Bukan karena pencitraan. Bukan karena baliho. Tapi karena rasa peduli yang terasa nyata.
Orang Tasikmalaya peka soal ini. Mereka tahu mana yang tulus, mana yang sekadar formalitas.
Dalam diskusi itu, ia kembali bercanda soal “kagok”. Kagok kalau suasana tidak cair. Kagok kalau jarak polisi dan warga terlalu jauh. Kagok kalau seragam menjadi sekat, bukan jembatan.
Lucu juga. Seorang kapolres yang mengaku kagok. Tapi justru dari kekagokan itulah lahir kedekatan.
Baca Juga:Geger! Pria Paruh Baya Ditemukan Meninggal di Tamansari Kota Tasikmalaya, ini KronologinyaKarcis Parkir di Kota tasikmalaya Tak Selalu Diberikan, Jukir Ungkap Problem Tarif dan Pengawasan
Ada satu sisi lain Faruk yang menarik. Ia sangat hobi bermain bola. Sepak bola, kata sebagian orang, hanya soal mengejar bola.
Bagi Faruk, mungkin tidak. Di lapangan hijau, ia belajar kerja tim. Belajar membaca pergerakan. Kapan harus maju. Kapan harus bertahan. Kapan harus memberi umpan, bukan menendang sendiri.
