TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – SDN 1 Gunungpereng kembali menggelar kegiatan Ngaistrenan Aksara Sunda, Kamis (18/12/2025). Kegiatan ini menjadi bentuk syukuran atas kelulusan 22 siswa yang dinyatakan berhasil melewati ujian aksara Sunda.
Para siswa tersebut tidak hanya mampu mengidentifikasi huruf, tetapi juga telah terampil membaca dan menulis paragraf menggunakan aksara Sunda secara fasih.
Kepala SDN 1 Gunungpereng, Dr Irvan Kristivan MPd, mengatakan kegiatan Ngaistrenan atau khatam aksara Sunda tersebut menjadi penyelenggaraan tahun kedua dan merupakan inisiatif yang lahir darinya. Pada kegiatan ini, siswa yang telah khatam aksara Sunda menerima ijazah sebagai bukti pengakuan administratif.
Baca Juga:UBK Tasikmalaya Salurkan Donasi untuk Korban Banjir di Sumatra dan AcehLPS Mulai Proses Pembayaran Simpanan Nasabah PT BPR Bumi Pendawa Raharja
Ia menjelaskan, gagasan pelaksanaan Ngaistrenan Aksara Sunda berangkat dari diskusi kebudayaan yang menyoroti pentingnya Kota Tasikmalaya memiliki jati diri budaya yang lahir dan tumbuh dari daerahnya sendiri. “Alhamdulillah kegiatan ngaistrenan aksara sunda ini lahir di Kota Tasikmalaya,” ujar Irvan.
Selain itu, program tersebut juga didorong oleh hasil penelitian pada tahun 2023 yang menunjukkan bahwa hanya sekitar 1 persen masyarakat Jawa Barat yang mampu membaca dan menulis aksara Sunda.
“Artinya 99 persen buta huruf aksara Sunda. Oleh karena itu, aksara Sunda ini jadi pelajaran wajib di SDN 1 Gunungpereng. Saya punya pemikiran kalau tidak diasah dari sekarang, maka kita akan terus mewariskan buta huruf aksara Sunda. Jadi saya memiliki program bebas berantas buta huruf aksara Sunda,” katanya.
Irvan menuturkan, pembelajaran aksara Sunda dilakukan melalui tiga tahapan, yakni pengenalan huruf, kata dan paragraf. Ia bersyukur seluruh siswa yang mengikuti program tersebut telah mampu mencapai tahap membaca dan menulis paragraf.
Ia juga menyambut baik penetapan kurikulum muatan lokal oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, pada tahun 2025 yang memasukkan aksara Sunda sebagai salah satu materi pembelajaran.
“Jadi sebelum pak gubernur mengesahkan, Kota Tasik khususnya Gunungpereng sudah lebih dulu. Meskipun dalam kurikulum itu hanya kelas 5 semester 2, kelas 7 semester 1 dan kelas 10 semester 1. Kalau dianalisis sama tim penulis buku aksara Sunda, Calakan, ternyata SD kelas 5 baru mengenal huruf, SMP kelas 7 baru mengenal kata, dan SMA kelas 1 baru mengenal paragraf. Sementara di SDN 1 Gunungpereng semuanya telah mengenal paragraf,” ujarnya.
