Dalam praktiknya, sebagian warga justru bergantung sepenuhnya pada bantuan sosial sehingga sulit dilepas dari program tersebut.
Meski demikian, Indah menegaskan upaya penguatan ekonomi tetap menunjukkan hasil, meski membutuhkan tenaga dan pendampingan intensif.
Ia mencontohkan adanya keluarga penerima manfaat yang berhasil naik dari desil 1 ke desil 3 setelah mengikuti program penguatan ekonomi pemerintah.
“Prosesnya tidak instan. Harus ada pendampingan terus-menerus,” katanya.
Dinamika kemiskinan, lanjut Indah, juga bersifat fluktuatif.
Baca Juga:Tower di Area Pemakaman Bikin Pusing, DPRD Kota Tasikmalaya Cari Jalan TengahIPM Kota Tasikmalaya 2025 Naik di Angka, Turun di Peringkat: Pemkot Akui Ketimpangan Masih Dalam
Ia menemukan kasus warga yang semula berada di desil 5, kemudian turun ke desil 3 akibat musibah yang menimpanya.
“Ada warga yang mengalami kecelakaan hingga kehilangan satu kaki. Itu langsung mengubah seluruh hidupnya,” ujarnya.
Selain itu, ada pula warga yang tampak turun desil bukan karena kondisi baru, melainkan karena data mereka baru diperbarui atau baru teridentifikasi sebagai warga miskin.
Pada tahun 2025 ini, Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Kota Tasikmalaya menjalankan program fasilitasi bantuan pengembangan ekonomi masyarakat dengan target 165 keluarga penerima manfaat.
Total anggaran yang dialokasikan mencapai Rp284.185.800.
Program tersebut diarahkan untuk melatih dan memperkuat kemampuan ekonomi warga agar dapat mandiri secara bertahap.
Namun, keterbatasan fiskal menjadi tantangan serius. Dampak efisiensi anggaran membuat porsi program pada 2026 diperkecil. Target penerima menyusut menjadi 130 keluarga.
“Kondisi ini menuntut strategi yang lebih tepat sasaran, agar bantuan tidak habis untuk konsumsi semata, tetapi benar-benar menjadi jalan keluar dari kemiskinan,” pungkas Indah. (ayu sabrina)
