TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Bantuan sosial (bansos) masih menjadi penopang utama hidup puluhan ribu warga miskin di Kota Tasikmalaya.
Namun, alih-alih menjadi jaring pengaman sementara, bansos justru berisiko menjerat sebagian penerima dalam lingkar kemiskinan yang berulang dan sulit diputus.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, persentase penduduk miskin di Kota Tasikmalaya pada Maret 2025 berada di angka 10,84 persen atau sekitar 75,22 ribu jiwa.
Baca Juga:Tower di Area Pemakaman Bikin Pusing, DPRD Kota Tasikmalaya Cari Jalan TengahIPM Kota Tasikmalaya 2025 Naik di Angka, Turun di Peringkat: Pemkot Akui Ketimpangan Masih Dalam
Angka tersebut memang turun tipis dibandingkan 2024 yang mencapai 11,10 persen atau 76,71 ribu jiwa.
Namun penurunan itu belum cukup signifikan untuk mengubah kenyataan bahwa puluhan ribu warga masih bertahan di garis kemiskinan.
Dalam kondisi ekonomi yang rapuh, warga miskin kerap kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
Untuk makan sehari-hari saja harus berjuang, apalagi memikirkan rumah layak huni atau tabungan masa depan. Di titik inilah bansos menjadi sandaran utama.
Masalahnya, ketergantungan terhadap bantuan mulai menjadi persoalan baru.
Warga didorong untuk mandiri, tetapi sebagian telah telanjur terbiasa menerima bansos dan berharap bantuan itu terus berlanjut.
Bansos yang semestinya bersifat sementara perlahan berubah menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan harian.
Fenomena tersebut memunculkan kekhawatiran akan lahirnya ketergantungan jangka panjang.
Tanpa diimbangi program pemberdayaan yang kuat, bansos berpotensi menciptakan “candu” sosial.
Baca Juga:Ulang Tahun ke-65, Sudarsono dan Kota Banjar yang Terus Berjalan!ARWT Sampaikan Catatan Penting ke Wali Kota Tasikmalaya
Negara terus menanggung beban, sementara keluarga penerima manfaat tak kunjung keluar dari kondisi rentan.
Padahal, tujuan akhir bansos adalah mendorong masyarakat lepas dari kemiskinan, bukan sekadar bertahan di dalamnya.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Kota Tasikmalaya, Indah Nali Hati SP, mengakui persoalan tersebut tidak sederhana.
Menurutnya, warga miskin ekstrem memang sangat sulit beranjak dari desil terbawah menuju kategori hidup layak.
“Tidak mudah membawa warga dari desil satu naik ke desil yang lebih baik. Banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari kondisi kesehatan, pendidikan, hingga keterampilan ekonomi,” ujar Indah, Kamis 18 Desember 2025.
Ia menyebutkan, masih banyak keluarga penerima manfaat yang belum mampu mencapai graduasi, yakni berakhirnya kepesertaan bansos karena dianggap sudah mandiri secara ekonomi.
