PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Pemerintah Desa Ciparanti berharap adanya solusi konkret untuk menangani abrasi pantai yang telah lama terjadi di wilayahnya.
Abrasi Pantai Ciparanti kini menjadi persoalan lingkungan serius karena telah menggerus sekitar 600 meter garis pantai dan berdampak luas terhadap kawasan pesisir.
Dampak abrasi tersebut tidak hanya mengancam wilayah pantai, tetapi juga infrastruktur vital serta area pemakaman warga. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena abrasi terus memburuk setiap kali cuaca ekstrem melanda pesisir selatan Pangandaran.
Baca Juga:Satu Nama Masuk Dua Kandidasi Eselon II karena Berdasarkan Rumpun dan Manajemen TalentaPertashop Bantarsari Kota Tasikmalaya: BBM Lebih Dekat, Layanan Lebih Layak
Kepala Desa Ciparanti, Dadang Suherman, mengatakan abrasi di wilayahnya telah berlangsung sejak lama dan memengaruhi garis pantai dari perbatasan Desa Legokjawa hingga lapangan besar Ciparanti. Ia menyebut saat cuaca buruk, air laut kerap naik hingga ke jalan raya.
“Abrasi ini memengaruhi garis pantai dari perbatasan Desa Legokjawa sampai lapangan besar Ciparanti. Saat cuaca buruk, air laut bisa naik hingga ke jalan raya,” ungkapnya kepada Radar, Kamis (18/12/2025).
Ia mengkhawatirkan jika abrasi tidak segera ditangani, maka dampaknya dapat mencapai badan jalan umum dan merusak Jalur Pantai Selatan (Pansela) yang selama ini menjadi akses penting bagi masyarakat.
“Kalau dibiarkan, bisa-bisa abrasinya sampai ke jalan umum. Jalur Pansela jelas terancam,” jelasnya.
Menurutnya, jika abrasi mencapai jalan raya, maka mobilitas masyarakat dan aktivitas perekonomian akan terganggu, baik bagi warga Pangandaran maupun daerah sekitar yang bergantung pada jalur tersebut.
“Dulu waktu saya kecil, di sana ada beberapa kuburan. Sekarang sudah hilang begitu saja akibat abrasi,” jelasnya.
Dadang menambahkan, rencana pembangunan breakwater di Pantai Ciparanti akan dilakukan pada tahun depan dan dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. “Infonya seperti itu,” ucapnya. (Deni Nurdiansah)
