TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Sindiran Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat, Noneng Komara Nengsih, terkait kesejahteraan Kota Tasikmalaya bukan sekadar ungkapan normatif.
Data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) justru mengonfirmasi bahwa tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya masih tergolong tinggi dan menempatkannya sebagai salah satu kota dengan persentase penduduk miskin terbesar di Jawa Barat.
Pernyataan tersebut disampaikan Noneng saat membuka Priangan Bamboo Fest x Kriya Lokal 2025 di Gedung Pusat Pengembangan Industri Kerajinan (PPIK) beberapa waktu lalu.
Baca Juga:Liputan Khusus Kepala Daerah Dipilih DPRD: Kata Wakil Rakyat Kota Tasikmalaya Ada Plus dan MinusDKK Kota Tasikmalaya Satukan Seni dan Budaya, Bidik Generasi Z Lewat Kolaborasi Kekinian
Di hadapan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya, ia secara terbuka menyinggung persoalan kemiskinan dan pengangguran di daerah tersebut.
“Kemiskinan kita, terutama di Kota Tasik cukup tinggi, begitu juga penganggurannya. Walaupun pertumbuhan ekonomi cukup baik, tetapi kemiskinan masih sangat tinggi,” tegas Noneng, Jumat lalu 12 Desember 2025.
Ucapan itu kini mendapat pembenaran dari data statistik.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dirilis BPS, persentase penduduk miskin di Kota Tasikmalaya pada Maret 2024 tercatat sebesar 11,10 persen atau sekitar 76,71 ribu jiwa.
Angka tersebut memang turun menjadi 10,84 persen atau sekitar 75,22 ribu jiwa pada Maret 2025.
Namun, penurunan itu belum mampu menggeser posisi Kota Tasikmalaya dari papan atas kemiskinan Jawa Barat.
Dalam dua tahun terakhir, Kota Tasikmalaya konsisten berada di peringkat tiga daerah dengan persentase penduduk miskin tertinggi, setelah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Kuningan.
Sebagai perbandingan, rata-rata kemiskinan Jawa Barat pada Maret 2025 berada di angka 7,02 persen.
Baca Juga:Pulang Dini Hari, Dua Pelajar di Kota Tasikmalaya Diduga Jadi Korban Pengeroyokan Geng Motor Ketika Batik dan Musik Bertemu di Kota Tasikmalaya, Cerita Malam Kedua Priangan Bamboo Festival
Dengan demikian, kemiskinan di Kota Tasikmalaya masih jauh berada di atas rata-rata provinsi.
Tak hanya dari sisi jumlah, persoalan kemiskinan di Kota Tasikmalaya juga tercermin dari kualitasnya.
Data BPS menunjukkan bahwa pada 2025, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan justru meningkat.
Hal ini menandakan bahwa warga miskin yang tersisa menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat, dengan jarak pengeluaran yang kian menjauh dari garis kemiskinan.
Pada periode yang sama, garis kemiskinan Kota Tasikmalaya turut mengalami kenaikan, dari Rp565.377 per kapita per bulan pada 2024 menjadi Rp591.600 pada 2025.
