Pada musim hujan, terutama anak-anak sekolah terpaksa mengambil jalur alternatif yang jaraknya lebih jauh. Waktu tempuh yang biasanya hanya lima hingga sepuluh menit harus bertambah hingga sekitar 30 menit.
“Oleh karena itu, selain memperbaiki jembatan gantung tersebut, alternatif lainnya harus membangun jembatan baru,” ujarnya.
“Kami berharap mulai dari pemerintah daerah hingga pusat, melalui dinas terkait, dapat segera merespons kondisi darurat ini,” ucapnya.
Baca Juga:GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya Kuatkan Kader, Gelar Konsolidasi Organisasi di Enam ZonaAnggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya Aldira Yusup Soroti Penutupan Tambang Emas: WPR Belum Dirasakan Rakyat!
Sementara itu, salah seorang warga, Tarsa, mengatakan kondisi kedua jembatan tersebut sangat melumpuhkan mobilitas masyarakat. Para petani kesulitan mengangkut hasil bumi, sementara aktivitas pendidikan sering terganggu, terutama saat hujan deras.
Ia bersama warga lainnya berharap pemerintah segera mengambil langkah darurat dan mengalokasikan anggaran untuk pembangunan jembatan permanen yang layak dan aman sebagai pengganti kedua jembatan berbahaya tersebut.
“Kami butuh jembatan yang bisa dilewati kapan pun, tanpa harus takut terpeleset, jatuh, atau terbawa arus sungai. Ini adalah kebutuhan dasar,” tandasnya. (obi)