TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Pemerintah Kota Tasikmalaya menegaskan perlunya penguatan kolaborasi lintas sektor dalam percepatan penurunan stunting.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Asep Goparulloh, dalam Rapat Koordinasi Lanjutan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat kota di Aula Bale Kota, Kamis 11 Desember 2025.
Dalam arahannya, Sekda menegaskan bahwa penanganan stunting kini menjadi agenda strategis nasional yang masuk dalam Asta Cita pemerintahan Prabowo–Gibran periode 2025–2029.
Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Mulai Susun RKPD 2027, Arah Kebijakan Ditekankan pada Ekonomi dan Layanan PublikGotong Royong Menjawab Kekosongan Negara di Kabupaten Tasikmalaya: Cerita dari Kertaraharja dan Purwarahayu
Target nasional adalah menurunkan prevalensi stunting menjadi 14,4 persen pada 2029 dan mencapai 5 persen pada 2045.
Asep menyebut, pengalaman penanganan stunting sejak 2018 hingga 2024 menjadi pembelajaran penting.
“Pemerintah akan melanjutkan yang sudah baik dan memperbaiki yang belum optimal. Stunting harus menjadi gerakan bersama berlandaskan gotong royong,” ujarnya.
Ia memaparkan sejumlah tantangan nasional yang juga relevan dengan daerah, di antaranya komitmen politik pimpinan daerah, ego sektoral, lemahnya konvergensi program, ketidaktepatan perencanaan dan penganggaran, perbedaan kapasitas antar daerah, hingga persoalan perubahan perilaku masyarakat.
“Konvergensi menjadi kunci. Kita harus memastikan kelompok sasaran menerima seluruh intervensi, tidak parsial dan tidak tumpang tindih,” katanya.
Asep juga menekankan pentingnya pemanfaatan data yang akurat untuk perencanaan hingga evaluasi.
Menurutnya, banyak data tersedia namun sering menimbulkan kebingungan saat digunakan.
Stunting Kota Tasikmalaya Naik Jadi 12,16 PersenDalam rapat tersebut, TPPS memaparkan perkembangan data stunting Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan EPPGBM, prevalensi stunting pada 2023 tercatat 10,75 persen, naik menjadi 10,85 persen pada 2024, dan meningkat menjadi 12,16 persen pada 2025.
Baca Juga:Enam DPC PDI Perjuangan Dilantik Serentak di Kota Tasikmalaya, Garut Menyusul?Kasus Perundungan Remaja Perempuan di Kota Tasikmalaya, Empat Terduga Pelaku Resmi Jadi Tersangka
“Terjadi kenaikan sebesar 1,31 persen. Ini harus menjadi perhatian bersama,” beber Asep.
Dari publikasi resmi, delapan UPTD Puskesmas mengalami penurunan prevalensi, yaitu Kawalu, Karanganyar, Karsanegara, Cilembang, Indihiang, Bungursari, Panglayungan, dan Cigeureung.
Namun 14 puskesmas lainnya mengalami kenaikan.
Adapun sebaran prevalensi stunting per kecamatan, dari yang terendah hingga tertinggi, yakni:
* Mangkubumi (8,20%).* Cipedes (8,67%).* Cihideung (9,04%).* Tawang (10,70%).* Indihiang (12,16%).* Bungursari (13%).* Cibeureum (13,04%).* Kawalu (14,59%).* Tamansari (15,45%).* Purbaratu (17,25%).
Asep menyebut kondisi ini harus segera direspons dengan penguatan intervensi sensitif dan spesifik, termasuk edukasi gizi, pola asuh, hingga peningkatan layanan Posyandu.
“Saya berharap PKK menjadi garda terdepan penyuluhan. Kita harus mendorong partisipasi masyarakat, terutama membawa anak ke Posyandu untuk pemantauan tumbuh kembang,” harapnya.
