RADARTASIK.ID – Pergeseran feed menjadi penuh promosi yang kini dialami TikTok bukan sekadar fenomena biasa, melainkan sinyal kuat bahwa perubahan algoritma komersial TikTok resmi menjadi bagian dari strategi baru yang lebih agresif dan penuh ambisi ekonomi.
Dilansir dari kanal Teras Publik, transformasi TikTok tidak terjadi secara tiba-tiba melainkan melalui serangkaian langkah bisnis yang dirancang untuk memperbesar cengkeraman platform tersebut di pasar digital kawasan Asia dan dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok yang mulanya dikenal sebagai ruang hiburan berbasis kreativitas mendadak berubah menjadi jalur cepat perdagangan digital dengan intensitas promosi yang semakin kuat.
Baca Juga:Vivo V60 Lebih Sangar dari V50, Kamera Zeiss dan Performa 1 Juta Skor Antutu Jadi UnggulanWow! Tiba-tiba Muncul Realme 16 Pro, Punya Kamera 200MP dan Baterai Raksasa, Ini Bocoran Lengkapnya!
Pengguna yang dulu datang untuk tertawa dan menikmati kreativitas kini berhadapan dengan banjir konten penjualan yang seolah menempatkan pengalaman hiburan di kursi belakang.
Perubahan ini tidak lepas dari upaya TikTok membangun sumber pendapatan yang lebih solid di Asia Tenggara melalui pendekatan yang jauh berbeda dari kompetitornya.
Berbeda dari model YouTube yang bertumpu pada pendapatan iklan, TikTok memperkenalkan strategi monetisasi TikTok Asia Tenggara dengan cara mendorong pengguna menjadi pelaku penjualan digital.
Lahirnya TikTok Shop dan sistem afiliasi menjadi titik balik yang membuat setiap pengguna berpotensi menjadi tenaga penjualan yang menghasilkan biaya komisi bagi platform.
Dalam dua tahun, algoritma TikTok bergeser dari menonjolkan kreativitas menjadi memprioritaskan konten yang menghasilkan transaksi terbesar.
Perubahan ini membuat FYP kini terasa lebih mirip etalase raksasa ketimbang feed hiburan yang sebelumnya menjadi ciri utama platform.
Bagi kreator, dampaknya sangat signifikan karena dampak TikTok Shop bagi kreator terlihat dari turunnya jangkauan konten organik yang tidak berorientasi pada penjualan.
Baca Juga:Lewat Program Link and Match, Kemenperin Dorong IKM Naik Kelas ke Rantai Pasok APMGalaxy S25 FE Ternyata Lebih Gahar dari Dugaan: Upgrade Besar yang Jarang Dibahas!
Banyak kreator hiburan, edukasi, hingga kreator informasi mulai merasakan stagnasi hingga kehilangan motivasi karena konten mereka tidak lagi dianggap “menguntungkan” oleh sistem.
Fenomena inilah yang kemudian memunculkan istilah pergeseran konten hiburan ke jualan, menggambarkan realitas bahwa kreativitas kini kalah oleh komersialisasi.
Sebagian kreator memilih berpindah ke YouTube Shorts atau Instagram Reels untuk mencari ekosistem yang lebih bersahabat bagi konten organik.
