Setelah Perusahaan Endang Juta Tak Beroperasi: Permintaan Pasir Tinggi, Penambang Mandiri Ketiban Rezeki

pasir galunggung
Seorang warga menambang pasir di sungai yang mengalir dari Gunung Galunggung. (Diki Setiawan/radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sungai di bawah kaki Gunung Galunggung menjadi saksi bisu penambangan pasir oleh CV Galunggung Mandiri selama puluhan tahun.

Airnya selalu tampak keruh, akibat pembuangan limbah tambang pasir di hulu sungai, tepatnya di lereng Gunung Galunggung. Jejak aktivitas lama itu masih terasa hingga hari ini. Meski aktivitas penambangan skala besar oleh perusahaan milik Endang Juta itu dinyatakan telah berhenti.

Ketika hujan turun, air sungai mengalir membawa “emas hitam” yang didambakan warga di sepanjang bantaran: Pasir Galunggung. Hujan besar membuat pasir yang berada di sekitar hulu sungai hanyut bersama aliran ke hilir. Di perjalanan, pasir itu mengendap dan jadi sumber penghidupan bagi penambang mandiri.

Baca Juga:Meneropong Beban Hening Sekda Kota Tasikmalaya Asep Goparullah!Pengamat Heran, Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Seperti Jalan di Tempat, Tak Ada Perubahan Menonjol

Namun di sisi lain, dampak lingkungan dari aktivitas itu tak bisa dihindari. Aktivitas penambangan pasir di sungai membuat aliran menjadi keruh, meski tidak separah ketika CV Galunggung masih beroperasi.

Selain itu, harga Pasir Galunggung juga kini terus merangkak naik. Para penambang mandiri di sekitar aliran sungai, menjual pasir mereka langsung ke konsumen dengan harga dua kali lipat dari sebelumnya. Dulu pasir itu dijual Rp 600.000-Rp 700.000 per dumptruck, kini berkisar Rp 1,1 juta-Rp 1,4 juta per dumptruck—setelah sampai di rumah konsumen.

Kondisi tersebut menciptakan situasi baru di lapangan. Kelangkaan dan lonjakan harga Pasir Galunggung jadi berkah bagi para penambang mandiri yang digerakkan masyarakat.

Walaupun kerap disebut ilegal, keberadaan beberapa titik tambang mandiri atau tambang rakyat itu memang bukan lagi rahasia. Pasir Galunggung yang bercampur dengan air sungai terus dimanfaatkan.

Bahkan para pembeli yang sebelumnya memesan pasir ke CV Galunggung Mandiri, baik dari Tasikmalaya dan sekitarnya maupun dari luar daerah, kini memilih datang langsung ke para penambang mandiri yang beroperasi di aliran sungai.

Ketua Karangtaruna Desa Linggajati, Tedi, membenarkan saat ini harga Pasir Galunggung memang relatif mahal. Namun sepertinya tidak jadi masalah bagi masyarakat, mereka tetap membelinya lantaran pasir merupakan kebutuhan utama untuk pembangunan.

“Jadi kebanyakan yang beli itu langsung dari penambang pasir rakyat di aliran sungai yang mengandung pasir Galunggung,” terang Tedi.

0 Komentar