RADARTASIK.ID – Krisis di Real Madrid kian dalam dan tak lagi bisa ditutup-tutupi lagi yang mengancam masa depan pelatih Xabi Alonso.
Kekalahan memalukan dari Celta Vigo di Santiago Bernabéu—dengan dua gol telak dari Williot Swedberg—menjadi titik kritis yang memicu pertemuan darurat para petinggi klub.
Alonso memang dipastikan tetap menangani tim untuk sementara, namun tanda-tanda bahwa posisinya berada di ujung tanduk semakin jelas.
Baca Juga:Daftar 4 Striker Incaran AS Roma Jika Gagal Datangkan Joshua ZirkzeeLiverpool Hukum Mohamed Salah, Coret dari Daftar Skuad Lawan Inter Milan
Presiden Florentino Pérez kini bergerak mencari nama besar untuk mengambil alih kursi panas tersebut.
Menurut laporan tegas Marca, masalah utama bukanlah soal taktik atau kualitas permainan, melainkan soal kepemimpinan dan relasi Xabi Alonso dengan para pemain senior.
Dalam enam bulan masa kerjanya, Xabi gagal memperoleh kepercayaan pemain dan menguasai ruang ganti.
Para pemimpin tim disebut mulai menjauhinya beberapa minggu sebelumnya, mereka merasa metode sang pelatih terlalu keras dan jauh berbeda dibanding era Zidane atau Ancelotti yang terkenal lebih komunikatif dan fleksibel.
Xabi datang membawa filosofi tegas: disiplin total, kerja keras setara untuk semua pemain, dan tidak ada privilese untuk siapa pun, termasuk bintang-bintang lama.
Pendekatan ini memicu resistensi. Para pemain senior merasa “kekuasaan” mereka dicabut, sementara pemain muda kesulitan beradaptasi dengan tekanan berat yang tiba-tiba meningkat.
Kemenangan 2-1 atas Barcelona pada El Clasico 26 Oktober, yang seharusnya menjadi momentum positif, justru memicu krisis.
Baca Juga:Kata Anak Ibrahimovic Usai Bawa Milan Futuro Tumbangkan Varesina: “Saya Selalu Percaya Diri"Siapa Marco Palestra? Pemain Muda Atalanta yang Buat AS Roma, AC Milan, dan Juventus Gigit Jari
Saat itu, Vinicius Junior menunjukkan amarah ketika ditarik keluar oleh Xabi Alonso.
Sang pelatih mengharapkan dukungan penuh dari klub atas tindakannya, tetapi Real Madrid memilih bersikap lembek dan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus tersebut kepadanya.
Sejak momen itu, menurut laporan internal yang dikutip Marca, Xabi berubah menjadi figur otoriter dan semakin tertutup.
Ia merasa dibiarkan sendirian menghadapi pemain-pemain yang mulai menantangnya.
Para anggota skuad yang sebelumnya menghormatinya sebagai legenda Madrid tiba-tiba merasa gaya kepemimpinannya terlalu egois dan jauh dari pendekatan manusiawi yang mereka harapkan.
Dalam hitungan minggu, jarak antara pelatih dan ruang ganti melebar tak terkendali.
