Risiko disalahpahami. Risiko menjadi sasaran kritik. Risiko tidak pernah benar-benar dianggap selesai.
Dan dalam kesunyian itulah, barangkali publik akhirnya memahami: Sekda mungkin tidak butuh tepuk tangan—ia hanya butuh ruang kerja yang lebih adil untuk dinilai.
Sebab dari jauh saja, kita sudah bisa membaca. H Asep Goparullah sedang memikul beban yang tidak sederhana, di atas kursi yang memang sejak dulu tak pernah benar-benar dingin. (red)
