Erwin menjaga titik parkir dengan tingkat keramaian yang fluktuatif.
Ia khawatir kenaikan target akan berujung pada penambahan jam kerja atau setoran, terutama saat kondisi sepi.
“Kalau harus datang lebih pagi atau pulang lebih malam mungkin dijalani. Tapi kalau sering sepi, ya bingung. Yang penting jangan bebannya nambah terlalu besar,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Hendar (55), jukir di lokasi lain.
Menurutnya, sejumlah jukir mulai menerka-nerka kemungkinan perubahan pola kerja dan meningkatnya tuntutan setoran.
Baca Juga:Enam DPC PDI Perjuangan Dilantik Serentak di Kota Tasikmalaya, Garut Menyusul?Kasus Perundungan Remaja Perempuan di Kota Tasikmalaya, Empat Terduga Pelaku Resmi Jadi Tersangka
“Tidak setiap hari ramai. Ada hari tertentu ramai, tapi ada juga hari yang benar-benar sepi,” katanya.
Ia berharap Dishub memberikan penjelasan yang lebih rinci jika kampanye #biasainkarcisdulu benar-benar dijadikan dasar evaluasi kinerja yang lebih ketat.
Kenaikan target lebih dari Rp650 juta ini terjadi di tengah sorotan publik terhadap pengelolaan parkir di Kota Tasikmalaya.
Bagi Dishub, karcis adalah kunci transparansi dan efisiensi. Namun bagi jukir, karcis berpotensi menjadi alat ukur yang menentukan kelangsungan pekerjaan mereka.
Tahun 2026 pun diperkirakan menjadi periode kerja yang lebih disiplin dan ketat, dengan beban target meningkat, sementara stabilitas pendapatan di tiap titik parkir belum tentu merata. (ayu sabrina)
