PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Kabupaten Pangandaran termasuk daerah yang rawan bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami. Wilayah pesisir selatan Jawa tersebut juga kerap dilanda bencana lain seperti longsor dan banjir.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pangandaran, Dodo Kusnadi, mengatakan kerawanan bencana di wilayahnya dipengaruhi oleh letak Kabupaten Pangandaran yang berada di zona subduktif pertemuan lempeng Indo-Australia yang aktif, sehingga rawan gempa, termasuk potensi megathrust.
“Jelas gempa tersebut berpotensi menimbulkan Tsunami,” katanya.
Berdasarkan pemetaan BPBD, sedikitnya terdapat 22 desa di enam kecamatan yang rawan terdampak gempa dan tsunami, yakni Kecamatan Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cijulang, dan Cimerak. Seluruh wilayah tersebut berada di sekitar kawasan pesisir.
Baca Juga:UIN SGD Bandung Perkasa di Regional Nasional, Bantai Atma Jaya 5–2 dan Sempurna di Grup B!SMPN 2 Kota Tasikmalaya: Dari Halaman Sekolah ke Panggung Penghargaan Adiwiyata Mandiri 2025!
Berkaca dari peristiwa gempa dan tsunami tahun 2006 yang menelan korban sekitar 800 jiwa, upaya mitigasi bencana dan kesiapan fasilitas terus ditingkatkan.
“Termasuk alat Early Warning System, yang dinyalakan setiap bulannya. Jalur evakuasi dan rambu-rambunya juga disipakan,” ucap Dodo.
Selain gempa dan tsunami, Kabupaten Pangandaran juga rawan mengalami bencana longsor yang dipengaruhi kondisi geografis, terutama di wilayah dataran tinggi.
Sepanjang tahun 2025 tercatat 10 kejadian longsor di Kabupaten Pangandaran, terhitung sejak 2 Maret hingga 11 November 2025. Kejadian longsor paling banyak terjadi di Kecamatan Kalipucang dengan lima kejadian, disusul Langkaplancar empat kejadian, dan Cigugur satu kejadian.
Banjir juga terjadi di beberapa wilayah, khususnya Kecamatan Padaherang dan Kalipucang, dalam beberapa bulan terakhir. Desa-desa yang terdampak banjir di dua kecamatan tersebut meliputi Desa Pamotan, Kalipucang, Cibuluh, Tunggilis, Ciganjeng, Maruyungsari, dan Paledah.
Salah satu faktor penyebab banjir disebut akibat penyempitan tanggul, di mana sungai yang sebelumnya lebar kini mengecil sehingga perlu dilakukan pengerukan.
Dodo menyebut Kabupaten Pangandaran hampir setiap tahun terdampak banjir.
“Kalau disebutkan ada pengaruhnya dari kerusakan alam, mungkin terjadinya dihulu, kalau Pangandaran kan dihilir,” ucapnya.
Baca Juga:Wali Kota Tasikmalaya Gedor Pintu Kemenkeu: Tasik Harus Dapat Porsi Fiskal Lebih Kuat!Tambang Tutup, Air Pulang ke Warnanya: Galunggung Tasikmalaya Kembali Bernapas!
Ia menambahkan, selain kiriman air dari Tasik dan Ciamis, banjir juga berasal dari Kabupaten Cilacap.
“Semuanya masuk ke Sungai Citanduy dan ketika debit air meninggi, dikita terkena dampak,” ujarnya.
