GARUT, RADARTASIK.ID – Kabupaten Garut merupakan salah satu wilayah rawan bencana di Jawa Barat, khususnya Priangan Timur. Perilaku manusia, hingga kondisi geografis diasumsikan sebagai penyebab utama seringnya bencana terjadi di wilayah ini. Baik bencana geologi maupun hidrometeorologi.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Abud Abdullah, mengatakan wilayahnya termasuk wilayah dengan tingkat kerawanan bencana cukup tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh posisi geografis Garut yang berada di jalur pertemuan lempeng, memiliki banyak gunung berapi aktif dan tidak aktif, dilintasi sungai-sungai besar, serta memiliki wilayah pesisir.
“Data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2024, Kabupaten Garut menduduki peringkat ke-6 di Jawa Barat dan menduduki peringkat ke-202 se-Indonesia,” ucapnya, Minggu (7/12/2025).
Baca Juga:UIN SGD Bandung Perkasa di Regional Nasional, Bantai Atma Jaya 5–2 dan Sempurna di Grup B!SMPN 2 Kota Tasikmalaya: Dari Halaman Sekolah ke Panggung Penghargaan Adiwiyata Mandiri 2025!
Berdasarkan dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten Garut, terdapat 12 potensi bahaya yang mengancam saat ini. Di antaranya gempa bumi. Wilayah Garut dilewati sesar- aktif serta berada dekat zona subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Selain itu, terdapat potensi tsunami mengingat wilayah pesisir selatan Garut menghadap langsung ke Samudra Hindia.
Kabupaten Garut juga memiliki potensi letusan gunung api karena terdapat Gunung Guntur, Gunung Papandayan, dan Gunung Talaga Bodas yang status aktivitasnya harus terus dipantau. Ancaman lain adalah gerakan tanah atau tanah longsor, terutama di wilayah Garut bagian selatan dan tengah yang didominasi perbukitan terjal serta tanah yang labil.
Sementara itu, bencana hidrometeorologi meliputi banjir dan banjir bandang, khususnya di wilayah yang dilintasi Sungai Cimanuk dan anak-anak sungainya, serta banjir luapan di daerah dataran rendah.
“Kemudian ada kekeringan dan juga cuaca ekstrem,” kata Abud.
Menurut Abud, bencana di Garut dipicu lebih sering dipicu kombinasi faktor alam kerusakan lingkungan akibat ulah manusia. Seperti banjir bandang yang disebabkan pembalakan liar, serta alih fungsi lahan menjadi perkebunan atau permukiman. Pendangkalan dan penyempitan sungai seringkali memperparah bencana.
“Ya, di Kabupaten Garut terdapat kerusakan alam yang berpotensi memicu bencana. Kerusakan utama meliputi kerusakan lahan di kawasan hulu, pendangkalan dan penyempitan sungai,” katanya.
