Langkah kecil itu menunjukkan bahwa pengabdian tak selalu datang dari program besar—kadang hadir lewat kebiasaan sederhana yang dilakukan terus-menerus.
Pada Hari Guru Nasional 25 November tahun ini, Dedi menerima penghargaan sebagai guru sukwan berdedikasi tinggi. Penghargaan itu diterimanya dengan senyum tenang, sebuah pengakuan atas kerja-kerja panjang yang selama ini ia lakukan tanpa menunggu sorotan. “Penghargaannya baru ada sekarang, tapi pantas untuk beliau,” kata Tata.
Kisah Dedi menegaskan bahwa pendidikan luar biasa bukan hanya tentang kurikulum, tetapi tentang kepekaan melihat kebutuhan tiap anak. Ia menunjukkan bahwa guru tidak harus memiliki gelar panjang untuk memberi dampak besar; yang terpenting adalah konsistensi dan kemauan memahami murid sebagai manusia seutuhnya.
Baca Juga:Sharp Perluas Aksi Pengurangan Sampah Plastik Lewat Peresmian Mesin RVM di Plaza IndonesiaJNE Gratiskan Ongkir Bantuan ke Aceh, Sumbar, Sumut dan Sekitarnya, Bergerak Bersama Peduli Bencana
Di tangan guru seperti Dedi Supriatna, sekolah menjadi ruang yang penuh peluang, tempat anak-anak berkebutuhan khusus belajar berani, mandiri, dan percaya diri. Dan di balik semua itu, ada seorang guru yang memilih tetap berjalan teguh, tiga dekade lamanya, dengan satu keyakinan: setiap anak pantas mendapat kesempatan terbaik untuk belajar dan tumbuh. (Ayu Sabrina B)