Target Selangit, Trafik Sepi: Jukir di Kota Tasikmalaya Disuruh Sulap Pendapatan

masalah karcis parkir Kota Tasikmalaya
Jukir di Jalan Dewi Sartika Kota Tasikmalaya melepas kendaraan roda dua usai parkir, Kamis 4 Desember 2025. ayu sabrina / radar tasikmalaya
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Aktivitas parkir di perbatasan Jalan dr Soekardjo dan Jalan Dewi Sartika Kota Tasikmalaya bergantung pada ritme kedatangan pasien klinik, pembeli toko, serta kendaraan pengiriman barang.

Di titik itu, Erwin (39) sudah lebih dari 15 tahun bekerja sebagai juru parkir (Jukir).

Ia mengakui tantangan terbesar bukan hanya jumlah kendaraan yang tidak stabil, tetapi juga urusan target setoran dan distribusi karcis yang kerap tidak sesuai kebutuhan.

Erwin bekerja mulai pukul 09.00 hingga 15.00, bergantian shift dengan seorang rekan.

Baca Juga:Penerbangan Komersil di Kota Tasikmalaya Masih Terkendala Tarif, Tapi Ada Peluang Beroperasi LagiPecah Ban, Truk Muatan Kedelai Terguling di Jalan Letnan Harun Kota Tasikmalaya

“Di sini mah tergantung pasien. Kalau sepi ya sepi. Kalau ada pengiriman barang, mobil boks datang. Tapi itu juga kadang-kadang,” ujarnya, Kamis 4 Desember 2025.

Dinamika itu membuat pendapatannya tidak menentu.

Sementara pada sistem yang berjalan saat ini, setiap kali jukir menyetor uang, mereka mendapat karcis baru, bukan harian, tetapi langsung untuk kebutuhan sebulan.

“Saya ngambil karcis sebulan sekali. Tiap kali setor, baru dikasih,” terangnya.

Masalah muncul ketika jumlah karcis yang dibagikan tidak sesuai kebutuhan.

Menurut Erwin, karcis yang diterima bergantung pada besar kecilnya setoran sebelumnya.

“Setoran 200, terus saya dikasihnya cuma karcis motor doang. Katanya kalau di bawah 200 berarti nggak penuhi target, jadi dikasih karcis motor. Harusnya dapat motor sama mobil,” bebernya.

Padahal, di titik tersebut sesekali ada mobil yang parkir, terutama saat layanan klinik tertentu buka atau ketika pengantaran barang berlangsung.

Tanpa karcis mobil, ia kesulitan menerapkan aturan penggunaan karcis secara lengkap.

Jumlah karcis yang diterima juga kerap tidak stabil.

Baca Juga:Penilaian Potensi ASN Kota Tasikmalaya Dimulai, Targetkan Database Talenta TerintegrasiRumah Dua Lantai di Cihideung Kota Tasikmalaya Mendadak Ambruk, Penghuni Lolos dari Bahaya

“Seratus karcis itu buat sebulan kadang kagak cukup, kadang cukup. Kadang teh segepok, kadang langkung dua bulan soalna,” tambah Erwin.

Kondisi itu membuat penggunaan karcis tidak selalu berjalan sesuai prosedur, meskipun jukir ingin mengikuti aturan.

Dari sisi pendapatan, Erwin menyebut hasil tertinggi setengah hari kerja hanya sekitar Rp70.000–Rp80.000 saat sedang ramai.

Selebihnya ia lebih sering membawa pulang sekitar Rp50.000.

Pada hari libur atau ketika klinik tutup, pendapatan bisa turun drastis atau bahkan tidak ada sama sekali.

0 Komentar