Peran komite sekolah tidak hanya sebagai pengawas administratif, tetapi sebagai fasilitator program yang memastikan kesinambungan pendanaan kecil atau dukungan logistik.
Keterlibatan lintas-pihak ini yang membuat program tidak bergantung pada satu tokoh, sehingga menjadi lebih tahan uji.
Tidak semua berjalan mulus. Tantangan muncul dari keterbatasan anggaran, resistensi awal sebagian warga sekolah terhadap perubahan pola kebiasaan (misal pemilahan sampah), serta kebutuhan pelatihan bagi guru agar mampu merancang pembelajaran berbasis lingkungan.
Baca Juga:Wali Kota Tasikmalaya Gedor Pintu Kemenkeu: Tasik Harus Dapat Porsi Fiskal Lebih Kuat!Tambang Tutup, Air Pulang ke Warnanya: Galunggung Tasikmalaya Kembali Bernapas!
Namun dari setiap hambatan, sekolah mengembangkan strategi: kampanye kecil untuk mengubah kebiasaan, pelatihan internal antara guru, dan penggalangan dana kreatif lewat bazar lingkungan yang melibatkan siswa.
Hasilnya bukan hanya penghargaan formal, tapi juga lingkungan belajar yang lebih sehat dan siswa yang punya keterampilan hidup nyata.
Bagi murid SMPN 2, program Adiwiyata bukan hanya label prestisius. Banyak siswa kini lebih sadar soal sampah, hemat energi, dan pentingnya ruang hijau.
Beberapa proyek ekstrakurikuler yang lahir dari program lingkungan juga memberi nilai tambah. Misalnya menumbuhkan kewirausahaan dengan proyek market day ‘makanan berbahan non beras/tepung’ untuk konsumsi siswa hingga menjadi sumber dana kas OSIS.
Guru-guru melaporkan perubahan sikap: siswa lebih proaktif dalam menyampaikan ide perbaikan lingkungan dan lebih bertanggung jawab dalam kegiatan sekolah.
Penghargaan Adiwiyata Mandiri memberi ruang apresiasi sekaligus tanggung jawab: bagaimana mempertahankan dan mengembangkan praktik ini agar tidak berhenti saat kader guru atau komite berganti.
Beberapa rekomendasi yang tengah dibahas sekolah antara lain: memasukkan kebijakan lingkungan dalam tata tertib sekolah, memperkuat kemitraan dengan dinas terkait untuk akses pelatihan dan insentif, serta dokumentasi yang baik agar pengalaman SMPN 2 bisa menjadi modul pelatihan untuk sekolah lain.
Baca Juga:Kemiskinan Dorong Perceraian, Perceraian Perburuk Kemiskinan di Priangan TimurPersikotas Juara, Masa Depan Terbuka: Wali Kota Sediakan Beasiswa Kuliah di UMB
Penghargaan bukan akhir; melainkan panggilan untuk menjadikan sekolah sebagai pusat pelatihan lingkungan di tingkat kota.
SMPN 2 Kota Tasikmalaya menunjukkan bahwa transformasi lingkungan di sekolah bisa dimulai dari ide sederhana yang dikembangkan secara sistematis: penguatan kurikulum, partisipasi warga sekolah, dan praktik nyata yang melibatkan siswa.
Penghargaan Adiwiyata Mandiri 2025 adalah pengakuan atas kerja kolektif ini — sekaligus pengingat bahwa pendidikan yang baik mengajarkan pengetahuan, ketrampilan, dan tanggung jawab sosial.
