Pusat Reintroduksi banteng jawa Pangandaran, yang berada di kawasan seluas 5 hektare, terus memantau kondisi satwa dengan melibatkan 9 petugas yang bertugas memberikan pakan, memeriksa kesehatan, serta memastikan keberlangsungan hidup banteng.
Para petugas juga memantau perilaku satwa, seperti masa birahi dan memastikan habitat padang rumput serta kandang dalam kondisi baik.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan populasi banteng jawa yang sehat dan memiliki keragaman genetik yang lebih baik.
Baca Juga:Pengembangan Pencurian Sepeda Motor Sewaan Wisatawan Asal Belgia di Pangandaran: 4 Pelaku, 1 PenadahPelaku Wisata di Green Canyon Pangandaran Beralih ke Perahu Listrik: Tidak Bising, Hemat Biaya
Proyek ini juga menandai kembalinya banteng jawa ke habitat aslinya, setelah terakhir kali dinyatakan punah di kawasan Pananjung Pangandaran pada tahun 2023.
Pada tahun 2025, telah terjadi kelahiran dua anak banteng dari induk Uchi dan Bindi, yang memberi harapan bagi kelangsungan spesies ini.
Walaupun keberhasilan reintroduksi ini sangat menggembirakan, tantangan besar masih menanti.
Achmad Arifin, Kepala Bidang Wilayah III Ciamis Balai Besar KSDA Jawa Barat, mengingatkan, reintroduksi banteng jawa bukanlah proses yang mudah.
Kesehatan satwa, adaptasi terhadap habitat, serta pemeliharaan yang tepat menjadi prioritas utama dalam menjaga keberlangsungan hidup banteng.
”Masih banyak tantangan yang menunggu di masa mendatang,” ungkap Achmad Arifin dalam siaran pers yang diterima Radartasik.id, Selasa, 2 Desember 2025.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga konservasi, swasta, dan masyarakat, program ini memberikan gambaran positif tentang bagaimana upaya konservasi dapat dilaksanakan dengan kerja sama yang solid.
Diharapkan banteng jawa dapat beradaptasi dengan baik, berkembang biak, dan membentuk populasi yang sehat di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, serta menjadi simbol penting dari usaha pelestarian alam Indonesia. (Deni Nurdiansah)
