Dengan waktu pengisian sekitar tiga jam, baterai yang terisi penuh mampu membawa perahu pulang pergi sejauh enam kilometer. Biaya operasionalnya pun lebih rendah:
“Kalau perahu solar pulang pergi itu butuh satu liter solar, biayanya Rp 10 ribu – Rp 11 ribu. Tapi kalau perahu listrik itu hanya Rp 8 ribu untuk biaya sekali pengisian baterainya,” katanya.
PLN juga telah menyediakan SPBKLU di Dermaga Green Canyon untuk memudahkan pengisian baterai.
Baca Juga:Dari Pesantren ke Ruang Pelayanan Jemaah: H Husna Mustopa Nahkodai Kemenag Haji & Umrah Kota TasikmalayaKabupaten Tasikmalaya Juara TPID 2025: Ketika Penghargaan Tiba Lebih Cepat dari Harga Stabi!
Pendapatan pramuwisata dan pengusaha perahu pun ikut meningkat. Tarif tiket tetap sama, Rp185.000 per orang, namun penghematan operasional membuat keuntungan lebih besar.
Dalam hari biasa, pengemudi dan kernet bisa memperoleh Rp100 ribu–Rp150 ribu per orang, sementara pemilik perahu dapat Rp450 ribu per hari.
Saat akhir pekan atau libur nasional, jumlah perahu beroperasi bisa mencapai 80 unit, dan keuntungan naik berlipat.
“Kalau satu perahu listrik dalam satu hari di libur panjang nasional bisa membawa wisatawan sampai sembilan kali… bisa sampai di atas Rp 1 juta keuntungannya per hari,” jelas Suhman.
Waluya, salah satu pengusaha perahu, merasakan pengalaman serupa.
“Ya lebih halus suara mesin perahunya, agak irit dibandingkan pakai solar dan lebih ramah lingkungan,” tuturnya.
Ia mengaku, wisatawan termasuk dari Belanda dan Australia, kini justru memilih perahu listrik.
“Ada dari luar negeri… mereka lebih memilih perahu listrik yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Baca Juga:Komitmen yang Menembus Batas Wilayah: Gandara Grup Bantu Masjid dari Garut, Tasik Hingga Banjar!Berharap Keadilan dari Sidang Tambang Pasir Galunggung
Manfaat elektrifikasi tidak hanya dirasakan oleh pengusaha perahu. UMKM di Dermaga 2 juga merasakan berkah. PLN memberikan kompor induksi lengkap kepada pedagang kios, membuat proses memasak lebih cepat dan hemat. Nunung, salah satu pedagang, merasakannya langsung.
“Kalau masak mie instan, gorengan dan air panas untuk kopi lebih cepat matang,” katanya.
Dengan biaya listrik Rp20 ribu, usahanya bisa berjalan lebih dari satu minggu—lebih hemat dari gas elpiji.
“Pembeli lebih cepat dilayani… penghasilan bersih sehari bisa sampai ratusan ribu hingga jutaan,” tuturnya.
PLN juga memasang PLTS Atap untuk penerangan kawasan serta memanfaatkan FABA sebagai paving block dermaga. Semua ini merupakan bagian dari program Electrifying Lifestyle yang dicanangkan PLN untuk mendorong penggunaan energi ramah lingkungan.
