TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Setiap sore, ketika langit mulai meremang dan angin turun dari bukit-bukit kecil di Tamansari, kota Tasikmalaya, Iin (46) selalu berhenti sejenak di depan rumah panggung tuanya.
Ia tidak lagi bisa masuk ke dalamnya.
Dindingnya menganga, lantainya menganga, atapnya digantikan terpal kusam yang kini hampir lepas seluruhnya.
Inilah rumah yang ia tinggali selama lebih dari setengah hidupnya. Rumah yang ia bangun bersama almarhum suaminya.
Baca Juga:Pendaftaran PPG untuk Tasikmalaya dan Sekitarnya Masih Dibuka hingga 19 Desember iniKursi Pimpinan OPD yang Kosong Bertambah Jadi 5, Akhir Tahun Pemkot Tasikmalaya Lakukan Pengisian
Rumah yang kemudian roboh setahun lalu, menyisakan luka yang lebih dalam dari sekadar kerusakan kayu.
Kini bangunan itu tinggal memori, dan pertanyaan besar yang terus menghantui adalah kapan akan dibangun kembali?
Rumah tersebut berdiri hampir tiga dekade. Tidak pernah ada renovasi besar, tidak ada penguatan struktur, tidak ada perhatian.
Hingga suatu hari pada 2023, bagian atap runtuh. Warga datang membantu.
Pemerintah datang memberi bantuan darurat seperti terpal, selimut, kasur, pakaian, sembako.
Setelah itu, semuanya kembali sunyi.
Iin mulai menumpang tidur di rumah anaknya, yang kondisinya pun tidak jauh lebih baik.
“Kalau dipikir-pikir, saya harus tinggal di mana? Ya sementara di rumah anak dulu,” ucapnya pelan.
Ada lelah dalam suaranya, ada pasrah yang ia sembunyikan di balik senyum kecil.
Ia bekerja sebagai buruh jahit rumahan. Pendapatannya harian, tidak menentu.
Baca Juga:Heboh di Panglayungan Kota Tasikmalaya! Sapi Kontes Seberat 300 Kilogram Nyemplung SungaiASN Pemkot Tasikmalaya Doa Bersama dan Galang Donasi untuk Korban Bencana Sumut, Sumbar, dan Aceh
Mengumpulkan uang untuk membangun kembali rumahnya? Mustahil. Tetapi setiap hari ia tetap datang melihat rumah itu.
Menyentuh kusennya. Menatap papan-papan lapuk yang dulu jadi saksi tumbuhnya anak semata wayangnya.
Ketika kabar rumah ini kembali diperbincangkan, respons pejabat terkesan datar, bahkan dingin.
Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya hanya memberikan jawaban pendek.
“Terima kasih informasinya untuk bahan tindak lanjut.”
Tidak ada janji. Tidak ada jadwal.
Lurah Tamansari, Iwan Kurniawan, menjelaskan bahwa bantuan rutilahu membutuhkan swadaya.
“BKM selalu menanyakan, swadayanya punya berapa?” katanya.
Artinya, jika tak punya uang, maka tak punya kesempatan untuk dibantu.
Di sisi lain, Disperkim menyatakan bahwa pengajuan bantuan Iin bahkan belum masuk sistem mana pun.
