Cerita itu menggarisbawahi bahwa diplomasi dan intuisi manajerialnya sudah terlihat sejak dini.
“Bagi anak enam tahun yang hanya ingin masuk dunia sepak bola, menjadi Presiden Inter adalah kehormatan luar biasa. Saya masih ingat bagaimana saya bernegosiasi dengan petugas perlengkapan Varese hanya agar bisa menonton latihan. Saya memang diplomat sejak kecil. Mauro Colantuoni (Presiden Varese saat itu) sampai menjuluki saya ‘Kissinger’,” ungkapnya.
Saat berbicara tentang Inter, Marotta menekankan bahwa kepemimpinannya bertumpu pada pengalaman panjang dan kemampuan membangun tim kerja yang solid.
Baca Juga:Ditumbangkan Napoli 1-0 di Olimpico, Gasperini Bantah AS Roma Rentan Hadapi Serangan BalikTanpa Gimenez dan Pulisic, Allegri Siapkan Duet Nkunku–Leao saat Hadapi Lazio
Ia menekankan staf sebagai pilar utama kesuksesan klub.“Saya menjadi Presiden Inter karena saya merasa sudah siap—berbekal pengalaman, profesionalisme, dan tim yang saya bangun secara teliti selama bertahun-tahun,” paparnya.
“Saya percaya seorang pemimpin beruntung jika dikelilingi staf yang hebat. Saya selalu memiliki kolaborator luar biasa, dan mereka adalah bagian terbesar dari kesuksesan saya,” jelasnya.
Dalam pandangannya, sepak bola kini telah berubah drastis: dari model patronase seperti era Berluscono dan Moratti menuju era investor dan dana global.
Perubahan itu, menurut Marotta, menuntut pemahaman baru terhadap cara klub dikelola.
“Dulu, klub-klub berjalan dengan model patronase. Kini, yang memegang kendali adalah dana investasi. Kita harus memahami orang-orang sebelum menilai mereka. Sepak bola hari ini adalah industri yang sangat berbeda,” ucapnya.
Ia juga mengakui bahwa kariernya berada di fase akhir, namun ambisinya untuk terus membawa Inter meraih kemenangan tetap menyala.
“Kami ingin terus menang bersama Inter dan meraih banyak kepuasan lagi. Namun secara profesional, jalan saya jelas semakin mendekati akhir. Saya ingin menutup perjalanan ini dengan baik. Dan setelah itu, saya punya mimpi besar,” ujarnya.
Baca Juga:Jurnalis Italia Ramal Vlahovic Akan Pergi ke AC Milan: Juventus Seharusnya Menjualnya Tahun LaluBelajar dari Kesuksesan AC Milan Bersama Modric, Juventus Disarankan Rekrut Bernardo Silva
Menutup wawancara, Marotta mengimpikan sekolah sepak bola gratis untuk semua anak dan menyoroti biaya sekolah sepak bola yang semakin mahal, terutama di wilayah seperti Lombardia dan Milan.
“Olahraga memberi saya banyak hal, dan saya ingin mengembalikan sesuatu. Dengan pengalaman dan kompetensi yang saya miliki, saya ingin membantu generasi muda. Saya ingin hak berolahraga, yang tercantum dalam Konstitusi kami, berjalan seiring dengan akses gratis,” tutur Marotta.
