Ia juga turut menyumbang gol-gol penting di kompetisi domestik maupun Eropa, termasuk gol spektakuler melawan Porto yang dikenangnya sebagai salah satu yang terbaik dalam kariernya.
“Porto bermain sangat kuat, tapi saya mencetak gol indah itu. Momen yang luar biasa,” kenangnya.
Papin juga memuji barisan pertahanan Milan kala itu yang disebutnya sebagai yang terbaik di dunia.
Baca Juga:Liga Europa: Manu Kone Jadi Korban Kemenangan Perdana AS Roma di OlimpicoDaftar 3 Pemain AS Roma yang Bisa Hengkang di Bursa Transfer Januari: Dari El Shaarawy Hingga Ghilardi
“Tassotti, Maldini, Costacurta, Galli, dan Baresi… kepercayaan diri mereka luar biasa,” kata Papin.
“Saat Anda bermain dengan mereka, Anda tahu Anda tidak akan banyak kebobolan,” ungkapnya.
Meski menikmati masa-masa sukses, Papin akhirnya pergi pada 1994. Alasannya sederhana namun logis: persaingan super ketat di lini depan.
Cedera Van Basten, kedatangan pemain-pemain baru seperti Dejan Savicevic dan Gianluigi Lentini, serta taktik Capello yang lebih defensif membuat menit bermain Papin semakin terbatas.
Kisah Jean-Pierre Papin di AC Milan mungkin tergolong singkat, namun jejaknya tetap membekas sebagai bagian dari salah satu periode paling berkilau dalam sejarah Rossoneri di masa lalu.
