Tim Serie A Kecanduan Formasi 3-5-2: Italia Tak Lagi Lahirkan pemain Seperti Totti dan Baggio

Ilustrasi Francesco Totti Mengejek Igor Tudor
Ilustrasi Francesco Totti Mengejek Igor Tudor
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Dominasi formasi 3-5-2 di Serie A beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan dampak yang cukup mengkhawatirkan bagi sepak bola Italia.

Sistem yang dahulu dipuji karena keseimbangannya kini justru dituding sebagai biang keladi merosotnya produksi pemain kreatif dengan teknik tinggi seperti Francesco Totti dan Roberto yang dulu pernah menjadi ciri khas negeri tersebut.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah sepak bola Italia telah menjadi “budak” dari sebuah formasi yang sebenarnya sudah ketinggalan zaman?

Baca Juga:Sihir Gasperini yang Bawa AS Roma ke Puncak Klasemen: Sulap Pemain Buangan Jadi AndalanPesan Terakhir Legenda Manchester United yang Tak Bisa Hidup Tanpa Wanita: “Jangan Mati Seperti Saya"

Pada giornata ke-12 Serie A musim ini saja, lebih dari separuh tim di liga—mulai dari Juventus, Inter, Milan, Torino, Fiorentina, hingga Parma—mengawali pertandingan dengan sistem 3-5-2.

Formasi ini mulai populer sejak era Walter Mazzarri di Napoli, kemudian mencapai puncak kejayaan ketika Antonio Conte menggunakannya untuk mendominasi Serie A dan memenangkan Liga Inggris bersama Chelsea.

Sejak itu, 3-5-2 dianggap sebagai solusi cepat untuk stabilitas, organisasi lini belakang, serta penguasaan ruang.

Dari sudut pandang defensif, formasi ini memang menawarkan keuntungan nyata.

Tiga bek tengah yang kokoh dilindungi oleh dua wing-back yang turun sejajar ketika bertahan, menciptakan blok lima pemain yang sulit ditembus.

Pelatih Italia yang dikenal pragmatis pun menemukan “rasa aman” dalam struktur ini.

Namun, di balik soliditas tersebut tersimpan sejumlah masalah fundamental yang mulai menggerogoti kualitas permainan Serie A dan perkembangan pemain muda Italia.

Kritik terbesar datang dari sektor kreativitas.

Sistem 3-5-2 membuat peran winger murni secara praktis hilang dari kamus sepak bola Italia modern.

Baca Juga:Bartesaghi Buat Penggemar AC Milan Tak Lagi Rindukan Theo HernandezJurnalis Italia Kesal Manajemen AC Milan Ingkar Janji ke Maignan: Kita Akan Kehilangan Kiper Terbaik di Dunia

Pemain sayap kini dipaksa bertransformasi menjadi wing-back, peran melelahkan yang mengharuskan mereka naik-turun sepanjang pertandingan.

Bakat-bakat bertipe teknis—yang biasanya menjadi sumber kreativitas—terpinggirkan, digantikan oleh pemain dengan kapasitas fisik dan daya juang ketimbang kemampuan mengolah bola.

Selain itu, formasi ini membuat proses build-up banyak tim menjadi kaku dan mudah dibaca.

Dengan transisi bola yang cenderung diarahkan ke sisi lapangan dan minim koneksi antara gelandang dan lini depan, permainan terasa monoton.

0 Komentar