Dalam batinnya, ia mungkin berkata, “Andai semua yang terlihat dari jauh ini semudah itu mengalir.”
Ia sedang membaca kota: lubang jalan seperti titik-titik kecil, laporan warga seperti bisik-bisik angin, dan kebutuhan publik seperti ombak kecil yang tidak pernah diam.
Dari sejauh 1 kilometer, Wali Kota hanya tampak sebagai siluet kecil di antara hiruk-pikuk Tasik. Namun tanggung jawabnya justru terlihat lebih terang daripada lampu-lampu kota.
Baca Juga:Drama Persidangan Endang Juta: Ketika Majelis Hakim Mencecar Saksi, Mencari Aktivitas Tambang Pasir!RS Islam Hj Siti Muniroh Kota Tasikmalaya Rayakan Milad ke-31
Batin seorang pemimpin kota tidak pernah benar-benar tidur. Ia membawa suara-suara: suara pedagang yang minta stabilitas, suara warga yang minta harga murah, suara anak sekolah yang minta fasilitas, suara politik yang minta ruang dan suara diri sendiri yang minta jeda. Tapi jeda tidak ada dalam agenda.
Melihat Wali Kota Tasikmalaya dari jauh membuat kita sadar satu hal: pemimpin itu terkadang tampak kecil dalam keramaian, tapi setiap langkahnya membawa beban seisi kota.
Batin yang ia simpan rapi mungkin berkata, “Tugas ini tidak ringan, tapi kalau bukan saya, siapa lagi yang harus menyusun ulang puzzle ini setiap hari?”
Dan seperti kota yang terus berdenyut, batin itu pun terus bergerak: antara optimisme, strategi, dan doa yang selalu dipanjatkan diam-diam setiap pagi. (red)
