TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Dari kejauhan, Wali Kota Tasikmalaya terlihat seperti pemimpin yang mantap melangkah.
Senyumnya teratur, bahunya tegak, dan setiap salam yang ia tebar selalu tampil seperti cuplikan video resmi pemerintah.
Tapi bagi siapa pun yang mengamati lebih lama—meski dari jauh—ada sesuatu yang lain, semacam gemuruh kecil yang tak pernah benar-benar padam.
Baca Juga:Drama Persidangan Endang Juta: Ketika Majelis Hakim Mencecar Saksi, Mencari Aktivitas Tambang Pasir!RS Islam Hj Siti Muniroh Kota Tasikmalaya Rayakan Milad ke-31
Ini bukan tentang politik. Ini tentang batin seorang pemimpin kota yang tiap hari ditarik oleh realitas, didorong oleh ekspektasi, dan dipeluk erat oleh rutinitas yang kadang lebih rumit daripada kabel listrik yang kusut.
Jika Anda berdiri 10 meter dari Wali Kota saat ia menghadiri acara resmi, Anda akan melihat wajah yang tampak damai. Tapi mata? Ah, mata itu sudah seperti novel tebal: halaman pertama berisi data kemiskinan, tengahnya dipenuhi revisi anggarannya belum jelas karena masih menunggu persetujuan pusat
Setiap kali kamera menghadap, senyumnya muncul. Namun dari jauh, terlihat jelas senyum itu punya beban berat yang tidak ikut tertangkap sensor kamera.
Melihat beliau berjalan dari 50 meter, langkahnya tampak yakin. Tapi jika diamati benar-benar, setiap beberapa detik ada langkah kecil yang mirip jeda: jeda “mengumpulkan pikiran”.
Di momen itulah batinnya seperti berkata,
“APBD harus dipotong lagi?”
atau “Program ini layak, tapi anggarannya kemana kita sembunyikan ya?”
Langkah itu bukan ragu. Itu langkah orang yang sedang menabung keyakinan.
Dari 100 meter, Wali Kota tampak seperti titik kecil dengan garis aura: pemimpin yang sedang menonton kota bercahaya.
Baca Juga:Sidang Keempat Kasus Endang Juta: Saksi Sebut Tumpukan Pasir Berada di Luar Lahan BerizinJalan Raya Ciamis-Kawali Ditutup Total Akibat Jembatan Cikaleho Ambruk Sebagian
Tapi bila dilihat lebih teliti, di belakang aura itu ada bayangan kecil, mirip bentuk kegelisahan yang menempel dengan sopan dan tidak pernah benar-benar pergi.
Bayangan itu biasanya muncul setiap ada pesan masuk dari OPD: “Pak, ada revisi lagi. Pak, pusat minta penyesuaian dan Pak, warga nanya kenapa hujan turun pas acara.
Pandang dari 300 meter, misalnya dari lantai atas gedung pemerintahan: kota terlihat rapi, hijau, hidup. Tapi Wali Kota tahu, apa yang terlihat dari jauh sering kali tidak seratus persen jujur.
