Dan keputusan itu hari ini terlihat semakin tepat karena Gasperini bukan juru selamat instan.
Sentuhan tangan dinginnya diyakini tak serta-merta bisa membawa Juventus ke puncak klasemen dengan kondisi klub yang kacau secara struktural.
Namun jika ada satu pelatih di Italia yang terbukti mampu mengubah kultur, identitas permainan, hingga mentalitas sebuah klub dari dasar, maka nama itu adalah Gasperini.
Baca Juga:Lawan Terberat Juventus di Kandang Bodo/Glimt: Suhu di Bawah Nol, Rumput Sintetis dan Mantan Pemain AC MilanKomentar Chivu Usai Kalah dalam Derby della Madonnina: “Sepakbola Terkadang Kejam”
Apa yang ia lakukan di Roma, klub penuh tekanan dan ekspektasi besar adalah bukti nyata.
Dengan skuad yang secara teknis tak lebih kuat dari milik Juventus, ia mampu menghasilkan organisasi permainan, intensitas, dan kepercayaan diri yang membawa Giallorossi memimpin liga.
Luciano Spalletti, seperti dikatakan Gianluigi Buffon, mungkin bisa mencapai lebih jika datang sejak pra-musim, bukan di tengah badai.
Namun pada bulan Juni, saat Juventus sibuk berdebat soal pilihan pelatih, Spalletti baru saja terpental dari tim nasional sementara Gasperini justru sedang bebas dan siap menerima tantangan baru, dan itulah momen yang terlewatkan oleh Nyonya Tua.
MENGAPA GASPERINI MEMILIH ROMA?
Kegagalan Juventus merekrut Gasperini kini tampak seperti titik balik bagi kedua klub.
Bagi Gasp, tawaran Roma lebih konkret, proyeknya lebih jelas, ruang geraknya lebih besar.
Sementara di Juventus, ketidakpastian manajerial dan visi klub yang kabur membuat tawaran itu terasa kurang menggoda meski ia alumnus akademi Juventus sendiri.
Baca Juga:Walter Zenga Sarankan Inter Gantikan Sommer dengan Kiper Cagliari: “Dia Siap untuk Tim Besar”Bergomi Yakin Mental Inter Tak Akan Jatuh Meski Kalah dalam Derby Milan
Fakta bahwa Roma kini memimpin kompetisi sementara Juventus tercecer, membuat panggilan telepon Comolli musim panas lalu terlihat sebagai salah satu momen paling menentukan dalam perjalanan dua klub ini.
Gagalnya Juventus menyambar Gasperini bukan lagi sekadar berita, tetapi mungkin akan tercatat sebagai salah satu kesalahan strategis terbesar mereka dalam beberapa tahun terakhir.
