Rp 700 Miliar Tak Lagi Berputar di Priangan Timur, Imbas Pelarangan Study Tour

larangan study tour di jawa barat
Aquarium Indonesia di Kabupaten Pangandaran (Deni Nurdiansah/radartasik.id)
0 Komentar

“Travel yang biasa main di segmen study tour masih belum menemukan formula lain. Sekolah takut memfasilitasi karena dilarang gubernur,” tambahnya.

Bari mengakui, di tengah aktivitas besar itu memang ada oknum travel agent yang curang sehingga memicu stigma negatif. Ada paket yang tidak sesuai harga, ada pula fasilitas yang tidak sebanding dengan biaya siswa. Namun, menurutnya, tidak adil bila seluruh sektor harus berhenti tanpa ruang adaptasi.

“Ada sisi positif larangan ini, oknum yang nakal bisa terjaring. Tapi secara keseluruhan, benefit yang hilang jauh lebih besar. Kami masih berupaya mencari pola baru, termasuk memanfaatkan peluang tanpa melibatkan sekolah,” ujarnya.

Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Lagi Bokek, Berharap Langit Cerah Sampai Akhir Tahun!Jelang Peringatan Hari Guru 2025, Ketua PGRI Kota Tasikmalaya: Ajang Refleksi Para Pendidik!

Bari menilai, pesan Gubernur sebenarnya bukan mematikan sektor wisata, tetapi mengajak pelaku usaha mencari pendekatan baru. Misal dengan mendorong kunjungan edukatif ke lembur, situs budaya, hingga spot sejarah khas Jawa Barat.

“Kalau pelaku travel bisa ambil pangsa pasar pelajar dengan cara lain, mungkin tidak masalah. Hanya sekolah sekarang tak berani ambil risiko,” kata mantan aktivis mahasiswa tersebut.

Menurut Bari, desakan diskusi dari para pelaku travel semakin kuat. Mereka meminta pemerintah daerah menjadi jembatan komunikasi untuk membaca arah kebijakan gubernur lebih rinci.

“Kami berharap ada diskresi. Misalnya kunjungan dibolehkan hanya di dalam kota, atau dalam lingkup Jawa Barat saja. SD–SMP dibatasi wilayah, SMA dilonggarkan karena mereka butuh wawasan lebih luas,” paparnya.

Bari menegaskan, banyak orang tua masih menginginkan anaknya mendapatkan pengalaman karya wisata, terutama untuk menambah wawasan sosialisasi dan literasi kebudayaan. “Pada kenyataannya sekolah ketakutan, orang tua pun pro-kontra. Masalah kemampuan ekonomi juga jadi pertimbangan,” tambahnya.

Salah satu yang terdampak adalah Taman Satwa Cikembulan di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Penanggung Jawab Taman Satwa Cikembulan, Wili Ariesta, mengaku kebijakan larangan study tour, membingungkan karena banyak pengunjung berasal dari instansi pendidikan.

“Dengan adanya himbauan di larang study tour pasti membuat kami merasa kebingungan karena banyak juga pengunjung kami dari instansi pendidikan,” ucapnya, Jumat (21/11/2025).

0 Komentar